androidvodic.com

PBB: Puluhan Mayat Ditemukan di Sudan, RSF Diduga Jadi Dalangnya - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

News, KHARTOUM - Kantor Hak Asasi Manusia (UNHCR) Perserikata Bangsa -bangsa (PBB) melaporkan pada Kamis kemarin bahwa sedikitnya 87 mayat telah ditemukan di kuburan massal di Sudan.

Organisasi itu mengklaim Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan lah yang bertanggung jawab terkait peristiwa naas ini.

Menurut PBB, RSF dan milisi sekutunya memerintahkan penguburan para korban yang diduga mereka bunuh di Darfur Barat pada bulan lalu, termasuk etnis Masalit di kuburan dangkal di luar ibu kota wilayah itu, El-Geneina.

Baca juga: Konflik di Sudan Kembali Memanas, Serangan Udara Tewaskan 22 Orang

"Masyarakat setempat dipaksa untuk membuang mayat di kuburan massal, menolak mereka yang terbunuh untuk mendapatkan penguburan yang layak di salah satu kuburan kota," kata UNHCR dalam sebuah pernyataan.

UNHCR pun mengaku memiliki 'informasi yang dapat dipercaya' untuk mendukung klaim tersebut.

Sebelumnya, pertempuran sengit terjadi pada pertengahan April lalu antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan RSF, kemudian berlanjut di seluruh negara Sahel, dengan serangan terhadap etnis dilaporkan meningkat.

Dikutip dari laman Russia Today, Jumat (14/7/2023), menurut Kementerian Kesehatan Sudan, lebih dari 3.000 orang tewas dan 6.000 terluka akibat konflik yang kini memasuki minggu ke-13 itu.

PBB mengatakan lebih dari dua juta orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka.

Saksi di El Geneina dan kelompok HAM, menurut beberapa laporan media, mengklaim banyak serangan dilakukan oleh RSF dan milisi Arab terhadap Masalit non-Arab, termasuk penembakan dari jarak dekat.

Bulan lalu, Gubernur Darfur Barat, Khamis Abdullah Abkar dibunuh setelah diduga menuduh RSF dan milisi sekutu melakukan genosida terhadap suku Masalit.

RSF telah berulang kali membantah terlibat dalam kekerasan di Darfur, termasuk klaim yang dibuat oleh Human Rights Watch bahwa mereka bertanggung jawab atas kematian 28 anggota komunitas Masalit dan cederanya banyak warga sipil pada Mei lalu.

PBB mengatakan sedikitnya 37 jenazah dimakamkan di wilayah Darfur Barat pada 20 Juni lalu di kuburan massal sedalam satu meter di area terbuka, diikuti oleh 50 lainnya pada hari berikutnya.

Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Turk pun mengutuk pembunuhan warga sipil pada Kamis kemarin.

Ia mengaku terkejut saat mengetahui cara kematian yang dialami keluarga dan komunitas mereka, menurutnya itu sangat 'tidak manusiawi'.

Turk pun mendesak RSF dan pihak-pihak yang berkonflik lainnya untuk mematuhi hukum internasional dan menangani orang mati secara 'martabat', terlepas dari latar belakang etnis mereka.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat