androidvodic.com

Pejabat Palestina di Gaza: Israel Tutup Penyeberangan Rafah, Pasien Terluka Tak Boleh Dievakuasi - News

Pejabat Palestina di Gaza: Israel Tutup Jalur Penyeberangan Rafah, Pasien Terluka Tak Boleh Dievakuasi

News - Pejabat Palestina di Gaza menyatakan, tidak ada warga Palestina yang terluka atau warga berkewarganegaraan ganda yang dievakuasi pada Rabu (8/11/2023) dari Jalur Gaza ke Mesir melalui penyeberangan Rafah.

Hal itu lantaran Israel menutup titik penyeberangan di Rafah dan menolak menyetujui daftar korban luka yang harus dievakuasi.

Laporan AFP menyatakan, penutupan jalur penyeberangan dari Gaza ke Mesir ini membuat kondisi warga sipil di wilayah kantung itu kian memprihatinkan.

Baca juga: Niat Asli Israel Akhirnya Terlihat: Mau Caplok Gaza Jadi Bagian Negaranya, Hamas: Fantasi!

Perang tersebut dimulai lebih dari sebulan yang lalu ketika militan Hamas menyeberang ke Israel dan membunuh sekitar 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera 239 orang, menurut pejabat Israel.

Bertujuan untuk menghancurkan Hamas, Israel membalas dengan pemboman tanpa henti dan invasi darat ke Jalur Gaza yang, menurut kementerian kesehatan wilayah Palestina, telah menewaskan lebih dari 10.500 orang, sebagian besar juga warga sipil.

Terminal Rafah – yang menghubungkan Jalur Gaza ke Mesir yang dibombardir – dibuka kembali pada 1 November untuk memungkinkan evakuasi orang asing dan warga negara ganda yang terdampar di wilayah kecil Palestina.

Kemudian terjadi penutupan selama dua hari setelah serangan mematikan Israel menghantam ambulans yang menuju perbatasan, menurut Bulan Sabit Merah Palestina dan kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Militer Israel mengatakan pihaknya telah menargetkan ambulans yang digunakan oleh “sel teroris Hamas.”

Seorang jurnalis AFP di titik penyeberangan Rafah pada hari Rabu melihat kerumunan besar orang yang berharap untuk menyeberang ke Mesir pada siang hari.

Mazen Danaf, yang memegang paspor Jerman, mengatakan kepada AFP kalau situasi di Gaza “mengerikan.”

“Tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada bahan bakar, rumah sakit penuh sesak,” ujarnya.

Mesir mengatakan akan membantu mengevakuasi sekitar 7.000 orang asing di seberang perbatasan.

(oln/TAN/AFP/*)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat