androidvodic.com

Wawancara Khusus dengan Pendiri INH: Satu Roket Hasilkan Guncangan 3,6 Skala Richter di Gaza - News

News, JAKARTA - Founder International Networking for Humanitarian (INH) Muhammad Husein menyampaikan gambaran kehancuran Kota Gaza dan sekitarnya di Palestina.

Menurutnya, bombardir yang dikirim pasukan militer Israel tidak berhenti pagi, siang, dan malam.

Bahkan membuat guncangan tektonik yang membuat gedung-gedung dan pemukiman warga hancur rata dengan tanah selama 60 hari invasi berlangsung.

Baca juga: Hamas Ajak Warga Palestina di Lebanon Gabung Garis Depan Banjir Al-Aqsa

“Jadi ledakan ini luar biasa ini kan selain menghasilkan ledakan yang sangat masif jadi satu roket itu selain memiliki daya ledak dan hancur sangat tinggi juga kelebihannya itu bisa menghasilkan guncangan tektonik sebesar 3,6 Skala Richter (SR),” kata Husein saat podcast di Gedung Tribun Network, Palmerah, Jakarta Pusat, Senin (4/12/2023).

Husein menjelaskan dari beberapa kali infasi yang dilancarkan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) kali ini yang terparah.

Dikatakannya, tingkat kehancuran Gaza dan sekitarnya pada tahun ini melebihi tingkat kehancuran empat agresi.

Baca juga: Korban Tewas di Gaza Akibat Serangan Israel Mendekati 15.900, Lebih dari 42.000 Orang Luka-luka

“Nah itu kita rasakan ketakutannya belum lagi kalau kita bicara psikologis itu tidak mudah,” imbuhnya.

Berikut wawancara lengkap Tribun Network dengan Founder International Networking for Humanitarian (INH) Muhammad Husein:

Boleh diceritakan awalnya INH dibentuk dan bagaimana akhirnya bisa tinggal di Gaza selama 12 tahun?

Jadi saya ini anak kampung yang lahir tumbuh besar sekolah kuliah di pondok pesantren namanya Al Fatah Desa Pasir Angin Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sempat kuliah jurnalistik 2006-2007 kemudian kuliah Syariah 2009 sampai 2010 akhir saya ikut aktivis konflik kemanusiaan.

Jadi ada 120-an aktivis kemanusiaan dari berbagai negara itu mengadakan konvoi jalur darat berjalan dari India, Bangladesh, Pakistan, Iran, Suriah, Turki semuanya jalur darat.

Pada 2011 tanggal 5 Januari saya tiba di Palestina Gaza waktu itu saya seorang relawan kemanusiaan dari lembaga Aqso Working Group. Kemudian kami dikontrak oleh Mer-C untuk menjadi tim pembangunan rumah sakit Indonesia di Gaza.

Jadi memang tujuan akhirnya itu di Palestina Gaza. Di sana itu 12 tahun di sana kemudian akhirnya menikah dengan warga sana?

Saya tiba 2011 kemudian saya menikah 2014, saya juga kuliah di Gaza 2012 ya memang sejak kedatangan saya pertama kali kerja sudah niat hijrah di sana untuk tinggal di sana. Saya sudah berniat menjadi aktivis kemanusiaan dan jurnalis di sana menjadi telinga dan mata orang Indonesia dan warga Palestina.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat