androidvodic.com

Krisis Obat, UNICEF: 1.000 Anak Gaza Jalani Amputasi Tanpa Anestesi - News

News – United Nations Children's Emergency Fund atau Organisasi anak internasional (UNICEF) melaporkan ada sekitar 1.000 anak Gaza yang jalani operasi tanpa menggunakan anestesi.

Laporan itu dirilis UNICEF di tengah situasi Gaza yang kian memprihatinkan pasca militer Israel melakukan blokade bantuan kemanusian.

Hingga membuat sejumlah rumah sakit di Jalur Gaza dilanda krisis alat medis dan obat - obatan, dikutip dari Middle East Monitor.

“Akibat serangan Israel sejak 7 Oktober para dokter harus mengamputasi anggota tubuh yang terluka parah tanpa anestesi, dengan sumber daya yang terbatas dan kurangnya pasokan medis,” ujar UNICEF.

Operasi Pakai Pisau Dapur

Salah satu Dokter Ortopedi di Gaza, Hany Bsaiso menceritakan pengalaman operasi paling menegangkan yang pernah ia lalui.

Operasi itu dilakukan Bsaiso kepada keponakan remajanya yang terluka di bagian kaki kanannya akibat tembakan tank Israel.

Namun karena jarak rumah dan RS membutuhkan waktu berkendara, Bsaiso terpaksa melakukan sesi dengan alat seadanya dan tanpa obat bius.

Tak hanya itu, Bsaiso juga terpaksa memanfaatkan pisau masak, gunting dan jarum serta benang jahit karena keterbatasan alat medis.

“Saya membeku saat melihat keponakan terluka di Kaki kanannya, tapi saya tidak punya bius. Saya tidak punya apa-apa.” jelas Bsaiso, sebagaimana dilansir dari Reuters.

Baca juga: Pengungsi Gaza Diserang Wabah Penyakit Hepatitis A, Jutaan Nyawa Terancam

“Namun saya harus segera mengambil tindakan, mencuci sisa daging yang hancur dari kaki Ahed, membaringkan di meja dapurnya, dans egera mengambil tindakan operasi meski dia merintih kesakitan,” ujar Bsaiso.

Gula dan Cuka Pengganti Obat Bius

Kondisi serupa juga terjadi di Rumah Sakit (RS) Al-Shifa, Ahmed Mokhallalati salah satu Dokter RS tersebut membeberkan kondisi fasilitas medis di rumah sakit terbesar di Jalur Gaza itu saat ini sangat memprihatinkan.

Akibat krisis pasokan obat bius, Ahmed bahkan harus merawat pasien tanpa obat bius.

Sebagai gantinya ia membalut luka dengan memanfaatkan gula dan cuka.

Situasi yang mendesak juga memaksa para staf untuk menggunakan jarum jahit untuk menjahit luka. Ada pula staf yang membungkus luka bakar besar dengan pakaian alih-alih perban.

“Krisis obat bius di tengah membludakan pasien membuat kami harus mengganti balutan pada anak-anak tanpa diberi anestesi atau obat bius. Sekarang bagi kami, perban standar adalah menggunakan gula, begitu juga dengan cuka untuk para pasien," ujar Ahmed, dikutip dari laman kantor berita PBB, ReliefWeb.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat