androidvodic.com

Tak Mau Dianggap Pemicu Perang, Hamas Sebut Tragedi 7 Oktober Adalah Reaksi Terhadap Pendudukan - News

News - Juru bicara Hamas, Osama Hamdan menangkis pertanyaan mengenai peran kelompoknya dalam serangan pada 7 Oktober 2023.

Hamdan menolak bahwa Hamas telah membuat warga Palestina di Gaza menderita akibat serangan pada 7 Oktober silam.

Dia menyebut serangan pada 7 Oktober, yang memicu perang saat ini di Gaza, adalah “reaksi terhadap pendudukan”.

Serangan tanggal 7 Oktober adalah serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.

Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya membunuh lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan juga menyandera sekitar 250 orang di Gaza.

Israel dengan cepat membalas, segera menyatakan perang terhadap Hamas dan melancarkan kampanye pemboman intensif yang diikuti dengan invasi darat beberapa minggu kemudian.

Operasi itu berdampak buruk pada warga Palestina di Gaza.

Lebih dari 37.000 orang telah terbunuh, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di wilayah tersebut.

Sekitar 90 persen orang yang tinggal di wilayah tersebut diperkirakan mengungsi akibat pertempuran tersebut.

Meskipun pihak berwenang Gaza tidak membedakan antara korban sipil dan pejuang Hamas, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) sebelumnya mengakui mayoritas korban tewas dalam operasi tersebut adalah warga sipil.

Ketika ditanya berulang kali oleh CNN apakah Hamas menyesali keputusannya untuk menyerang Israel, Hamdan menjawab dengan menyalahkan situasi tersebut pada Israel.

Baca juga: Prabowo & Menlu AS Blinken Bahas Apa yang Bisa Indonesia Bantu Dukung Gencatan Senjata Israel-Hamas

Hamdan mengatakan bahwa serangan itu adalah reaksi kelompoknya terhadap pendudukan Israel yang semakin semena-mena.

"Yang berkuasa atau bertanggung jawab atas hal itu adalah pendudukan (Israel)," tegas Hamdan kepada CNN.

"Jika Anda menolak pendudukan, (mereka) akan membunuh Anda, jika Anda tidak melawan pendudukan, (mereka) juga akan membunuh Anda dan mendeportasi Anda keluar negara Anda. Jadi apa yang harus kita lakukan, menunggu saja?" ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat