androidvodic.com

Pusat Kota Rafah Sepi usai Warga Melarikan Diri akibat Perang Israel-Hamas, Tak Ada Air atau Makanan - News

News - Pusat kota Rafah di Gaza disebut sepi setelah sebagian besar penduduknya melarikan diri selama berminggu-minggu akibat pertempuran antara militer Israel dan Hamas yang mewarnai kehidupan sehari-hari di sana.

Para pejabat Israel menggambarkan Rafah sebagai benteng terakhir Hamas di Jalur Gaza.

Pada awal Mei 2024, pasukan Israel memasuki kota di selatan wilayah Palestina itu.

Israel membombardir daerah dekat perbatasan dengan Mesir dan memaksa puluhan ribu warga meninggalkan kota tersebut.

Warga bernama Haitham Abu Taha mengungkapkan kondisi di Rafah saat ini.

"Tidak ada lagi air atau makanan. Kami benar-benar terjebak," ungkapnya, Selasa (25/6/2024), dilansir Arab News.

Haitham Abu Taha merupakan salah satu dari sedikit warga Palestina yang kembali ke Rafah bersama keluarganya, setelah tentara Israel mengumumkan jeda harian di jalur selatan.

"Itu lebih baik daripada tinggal di tenda atau bersama kerabat karena kami terpisah satu sama lain," kenangnya sambil berpikir, sebelum kembali dan menemukan bahwa tentara Israel belum benar-benar mundur.

"Hampir tidak ada lagi yang tersisa di Rafah, kecuali segelintir orang yang menolak meninggalkan rumah mereka atau kembali lagi nanti," kata Abu Taha.

Kesepakatan Gencatan Senjata

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan ia hanya akan menerima sebagian kesepakatan gencatan senjata yang tidak akan mengakhiri perang di Gaza.

Pernyataan Netanyahu itu menimbulkan keraguan terhadap kelangsungan proposal gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat (AS).

Baca juga: Pakar Militer: Hizbullah Lebih Kuat dari Hamas, Akan Sulit Dihancurkan Israel

Netanyahu mengatakan dia siap membuat kesepakatan parsial untuk memulangkan sebagian dari 120 sandera yang masih ditahan oleh Hamas di Jalur Gaza.

"Kami berkomitmen untuk melanjutkan perang setelah jeda, untuk menyelesaikan tujuan melenyapkan Hamas," katanya, Minggu (23/6/2024), dikutip dari AP News.

Komentar Netanyahu muncul pada saat yang sensitif ketika Israel dan Hamas tampaknya semakin menjauh mengenai bagaimana kesepakatan gencatan senjata akan dilaksanakan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat