androidvodic.com

9 Bulan Ditahan Israel, Petinju Palestina Kurus Kering Gara-gara Sering Disiksa - News

News - Muazzaz Khalil Abayat, binaragawan dan petinju Palestina, dibebaskan setelah ditahan di penjara Israel selama 9 bulan.

Ia berasal dari kota Betlehem di Tepi Barat yang diduduki.

Muazzaz Khalil Abayat dibebaskan pada Selasa (9/7/2024) dalam pembebasan yang mengejutkan semua orang yang melihatnya.

Kondisi Muazzaz Khalil Abayat setelah dibebaskan sangat memprihatinkan karena ia mengalami gangguan kesehatan dan psikologis setelah ia menjadi sasaran pemukulan, penyiksaan, dan terorisme selama penahanannya.

Ia terlihat kelelahan dan berada di bawah tekanan psikologis yang hebat, yang memaksanya untuk bersandar pada kerabatnya untuk dapat berjalan.

Muazzaz Khalil Abayat mengungkap beberapa kejahatan yang dialami oleh orang-orang Palestina yang ditahan di penjara pendudukan Israel.

"Penjara Negev seperti penjara “Guantánamo” (penjara Amerika di Kuba), karena keburukan dan kengerian dari pemukulan, penyiksaan, perampasan, dan penyakit menular yang dialami para tahanan, di ditambah kejahatan dalam segala bentuk, dan hilangnya makna kemanusiaan," lapor Al Quds, mengutip perkataan Muazzaz Khalil Abayat.

“Setiap hal buruk yang dapat terjadi pada seseorang ditemukan di antara para tahanan di penjara Negev," tambahnya.

“Para tahanan hidup dalam pengabaian, kelupaan, dan kurangnya tindak lanjut hukum dan kemanusiaan. Mereka menderita penyakit kronis dan berbahaya, selain kondisi psikologis buruk yang mereka alami," lanjutnya.

Kekejaman Israel Terhadap Tahanan Palestina

Pusat Studi Tahanan Palestina, lembaga penelitian khusus yang berbasis di Beirut, mengatakan pernyataan Muazzaz Khalil Abayat menunjukkan sejauh mana kekerasan yang dilakukan Israel terhadap tahanan.

Baca juga: Kendaraan Tentara Israel yang Menyerang Tulkarem Tepi Barat Diledakkan oleh Pejuang Palestina

Lembaga itu mengatakan Israel mengambil keuntungan dari sikap internasional dan hak asasi manusia.

"Pendudukan mengambil keuntungan dari sikap diam internasional dan hak asasi manusia, terkait jalannya perang, dan keasyikan media terhadap hal tersebut untuk melakukan kejahatan Israel terhadap tahanan yang tidak lagi memiliki batas dan tidak dapat diganggu gugat," kata lembaga itu, Rabu (10/7/2024).

“Kesaksian para tahanan sangat menakutkan mengenai metode penyelidikan, penyiksaan, dan perampasan makanan dan pengobatan. Apa yang kami dengar dan lihat adalah curahan kemarahan, dan sebagian kecil dari kejahatan pendudukan Israel yang tak terkatakan dan tak terhitung jumlahnya terhadap para tahanan," tambahnya.

Jumlah Korban

Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 38.153 jiwa dan 87.828 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (7/7/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Xinhua.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

Sementara itu, lebih dari 21.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporanYedioth Ahronoth pada awal Juli 2024.

(News/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat