androidvodic.com

Jadi Concern FDA dan BPOM, Risiko Migrasi BPA Ternyata Lebih Parah dari yang Diperkirakan - News

News - Akhir-akhir ini beredar informasi terkait kandungan Bisfenol A (BPA) pada kemasan galon Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) polikarbonat yang digunakan secara berulang dapat berdampak buruk bagi kesehatan tengah jadi perhatian masyarakat.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah berinisiatif menyusun draft Rancangan Peraturan Badan POM tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan POM No. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan.

Dalam penyusunannya, BPOM menggunakan berbagai kajian scientific based/policy brief yang meliputi kajian keamanan BPA, kajian dampak ekonomi kesehatan, kajian dampak lingkungan hidup, dan kajian dampak sosial.

Hal ini menjadi upaya BPOM untuk terus bersinergi dengan stakeholder, mulai dari pakar dan akademisi dari perguruan tinggi, perwakilan kementerian/lembaga terkait, asosiasi pelaku usaha, organisasi masyarakat konsumen dan laboratorium.

Sinergi penyusunan regulasi BPA pada AMDK ini bertujuan meningkatkan pengawasan pangan olahan demi melindungi kesehatan masyarakat serta menjamin perdagangan yang jujur dan bertanggung jawab.

Terkait isu BPA ini, European Food Safety Authority (EFSA) juga tengah menaruh perhatian yang sama dan telah melakukan evaluasi ulang risiko BPA terhadap kandungan BPA pada produk pangan.

Temuan baru dari panel ahli yang diadakan European Food Safety Authority (EFSA) menunjukkan, efek berbahaya dari paparan BPA ternyata dapat terjadi 100.000 kali lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya.

EFSA Panel kemudian mengusulkan penurunan asupan harian yang dapat ditoleransi (tolerable daily intake/TDI) untuk BPA sebesar 0,04 nanogram/kg BB/hari atau 100.000 kali lebih kecil dibandingkan dengan TDI yang ditetapkan sebelumnya, yaitu 4 mikrogram per kilogram berat badan (µg/kg BB/hari).

Migrasi BPA punya "kecenderungan yang mengkhawatirkan"

Risiko yang sama terkait migrasi BPA ini juga ditemukan dari hasil uji post-market yang dilakukan BPOM selama periode 2021-2022 dengan sampel yang diambil dari seluruh Indonesia.

Pada 30 Januari 2022, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Antara, Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan BPOM, Rita Endang, mengungkapkan pihaknya menemukan "sejumlah kecenderungan mengkhawatirkan" terkait migrasi BPA pada galon guna ulang berbahan polikarbonat.

Menurut data yang diterima Tribunnews, hasil pengujian migrasi BPA dari 102 sampel dari sarana distribusi dan 93 sampel dari sarana produksi, sebanyak 25,81 persen sampel galon baru merupakan sampel yang perlu perhatian (migrasi BPA 0,05 - 0,6 mg/kg) yang diperoleh di sarana produksi.

Sementara itu, ditemukan sebanyak 38,24 persen sampel merupakan sampel yang perlu perhatian (migrasi BPA 0,05-0,6 mg/kg) yang diperoleh di peredaran, serta 1,96 persen sampel tidak memenuhi syarat batas maksimal migrasi BPA (di atas 0,6 mg/kg) yang diperoleh di peredaran.

Dari data tersebut dapat disimpulkan, migrasi BPA yang menyumbang kandungan BPA pada produk pangan ternyata sudah terjadi sejak awal pada kemasan galon baru kosong. Karena itu, hal ini perlu menjadi perhatian bagi produsen kemasan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat