androidvodic.com

Reza Indragiri Amriel Angkat Bicara Soal Joget Gemoy Prabowo Subianto - News

News, JAKARTA - Reza Indragiri Amriel selaku pakar psikologi forensik angkat bicara mengenai joget gemoy Prabowo Subianto.

Hal ini karena Prabowo terlampau sering berjoget gemoy, setelah debat perdana Pilpres 2024 digelar, Reza Indragiri Amriel mengaku berempati.

“Sudah hampir dua jam debat berlangsung, Executive functioning Prabowo tertakar, dan saya berempati pada beliau,” kata Reza Indragiri Amriel dalam pesan singkatnya, Rabu (13/12/2023).

Reza Indragiri Amriel mengaku sebagai orang yang mendukung Prabowo pada dua kali Pilpres, ia merisaukan executive functioning dari capres nomor 2 itu.

"Sekarang bukan kondisi fisik Prabowo yang saya risaukan. Toh dia sudah menjalani pemeriksaan di rumah sakit," imbuhnya.

Joget berulang tanpa memperhatikan konteks acara, ditambah pernyataan-pernyataan Prabowo yang serba mengambang dan terputus, itulah yang membuat Reza waswas akan satu hal. Yaitu, executive functioning Prabowo.

Executive functioning bersangkut paut dengan kesanggupan manusia mengelola informasi lalu membuat keputusan yang solid.

Joget Prabowo terkesan sebagai bentuk kompensasi, sekaligus pengalihan perhatian audiens, atas menurun jauhnya kemampuan Prabowo berpikir strategis dan tuntas di level tertinggi pejabat negara.

Strategi branding lewat joget juga berpotensi menjadi senjata makan tuan. Ketika orang-orang di sekitar Prabowo terus mengarahkan Prabowo untuk berjoget, itu berarti mereka bukan melatih Prabowo untuk memulihkan executive functioning-nya, melainkan justru mempertumpul kapasitas kognitif Prabowo.

Baca juga: TKN dan Gibran Kompak Bela Prabowo yang Disindir Cuma Bisa Joget Minim Gagasan

Reza menjelaskan Donald Trump juga berjoget pada tahun 2019. Boris Yeltsin melakukan hal yang sama di 1996. Trump ajojing selepas lolos dari serangan Covid 19. Yeltsin dikenal punya riwayat penyakit jantung.

"Jadi, kedua tokoh tadi berjoget dalam rangka meyakinkan publik bahwa mereka sehat. Dan karena sehat, target Trump dan Yeltsin, masyarakat tidak ragu akan kesanggupan mereka memimpin Amerika Serikat dan Rusia," tuturnya.

Dari situ, masuk akal jika Prabowo, dengan usianya yang sudah lanjut dan kondisi kesehatannya yang jauh dari prima, melakukan pendekatan serupa guna mempengaruhi persepsi publik.

No problem. Setiap kontestan Pilpres boleh bikin siasatnya masing-masing.

Tapi Trump dan Yeltsin bergoyang asyik cuma di saat berada di panggung dan ketika musik mengalun. Pun hanya satu dua kali. Mereka tidak menjadikan joget sebagai strategi branding yang dipertontonkan terus menerus.

Baca juga: Prabowo Jawab Kritikan Sering Joget, Klaim Gagasannya di Pilpres 2024 Paling Hebat

Pada titik itulah joget gemoy Prabowo tampak sangat bermasalah. Prabowo joget terlalu sering. Tanpa musik pula. Dan seperti tak kenal situasi. Saat ditanya hal serius, tanpa jawaban tuntas, Prabowo justru "menggenapi" jawabannya dengan berjoget.

"Sebagai orang yang mendukung Prabowo pada dua kali Pilpres, saya terpukau oleh kegesitan Prabowo di tahun 2014 dan 2019," tambahnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat