androidvodic.com

TERNYATA Tiga Faktor Ini Bisa Tentukan Kredibilitas Hasil Survei - News

Laporan Wartawan News, Gita Irawan

News, JAKARTA - Sejumlah lembaga survei silih berganti merilis hasil survei seiring mendekati hari pemungutan suara Pemilu 2024 yang bakal digelar 14 Februari. 

Lembaga-lembaga survei tersebut mencoba memotret elektabilitas para pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres cawapres) hingga partai politik terkini lewat berbagai metodologi, jumlah sampel, populasi berbeda.

Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan setidaknya tiga hal atau faktor yang bisa dicek untuk menentukan kredibilitas hasil survei suatu lembaga survei.

Pertama, keanggotan lembaga survei tersebut pada asosiasi lembaga survei.

Pendiri sekaligus Peneliti Utama Indikator Politik Indonesia yang merupakan anggota Perhimpungan Survei Opini Publik Indonesia (Presepi) tersebut mengungkapkan, asosiasi memiliki mekanisme untuk menjaga kualitas survei anggotanya.

Ia mencontohkan, Persepi dengan mekanisme Dewan Etiknya.

Dewan Etik Persepi, kata Burhanuddin, biasanya akan memanggil anggotanya jika hasil survei yang dihasilkannya berbeda dengan hasil lembaga survei yang melakukan survei dalam kurun waktu yang sama.

Hal tersebut disampaikannya saat Press Release Survei Nasional bertajuk Dinamika Psikologis Masyarakat: Pilihan Politik dan Isu Jelang Pemilu di sebuah kafe di Jakarta pada Jumat (19/1/2024).

"Kalau ada anggota yang hasilnya berbeda dalam kurun waktu yang sama dipanggil, dan diminta untuk dibuka data setnya, dan diminta untuk menunjukkan pertanyaannya seperti apa," kata dia.

Baca juga: Hasil Survei Terbaru Januari 2024: Prabowo-Gibran Terus Memimpin, Anies-Cak Imin Salip Ganjar-Mahfud

Menurutnya, tidak semua asosiasi yang menaungi lembaga survei seketat Persepi dalam menegakkan kode etik.

Persepi, menurut catatannya bahkan pernah mendepak setidaknya enam lembaga survei dari naungannya.

Dari enam lembaga survei tersebut, kata Burhanuddin, dua di antaranya karena pelanggaran yang paling parah.

"Kalau Persepi pernah memecat pun artinya ada anggota Persepi yang nakal. Setahu saya ada 6. Dan yang paling parah adalah ada dua di antaranya yang 'cooking the numbers' (mempermainkan angka) untuk urusan quick count tahun 2014. Itu bahaya sekali main-main quick count. Padahal quick count itu paling mudah karena parameternya fix. Datanya sudah ada di TPS tinggal kita kirim saja ke data center," kata dia.

"Tapi, poin saya adalah itu (survei nakal) bukan hal yang kita tolak, kita ingkari. Ada beberapa lembaga survei yang quetionable. Tapi, buat kami-kami, survei itu hidup mati, karena ini bagian dari metode penelitian yang scientific (ilmiah) dan sudah terbukti di banyak negara dan banyak waktu," sambung dia.

Selain soal keanggotaan pada asosiasi, kata Burhanuddin, hal yang juga bisa dicek adalah perihal validasi sampel dan populasi atau metodologinya.

Terakhir, kata dia, perihal ditampilkan atau tidaknya pertanyaan survei yang diajukan pada saat rilis hasil survei.

"Kemudian wordingnya ditampilkan atau tidak waktu rilis. Wording pertanyaannya. Itu bagian krusial," kata dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat