Buka Kemitraan dengan China, Kemendikbudristek: Vokasi Butuh Mitra Strategis - News
Laporan wartawan News, Fahdi Fahlevi
News, JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati mengatakan pendidikan vokasi dibangun untuk relevan dengan kebutuhan industri.
Kiki mengakui masih terjadi beberapa tantangan yang dialami satuan pendidikan vokasi dalam bermitra dengan DUDI.
Dirinya menyebut, biasanya hal ini terjadi disebabkan oleh kekurangpahaman pendidikan vokasi terhadap calon mitranya.
Baca juga: Teaching Factory Kunci Kemenperin Cetak SDM Unggul Lewat Vokasi
"Pendidikan vokasi membutuhkan kemitraan yang strategis. Bahkan strategis pun tidak cukup karena kemitraan yang dibangun antar-kedua belah pihak harus bermakna sehingga keduanya dapat merasakan manfaatnya," tutur Kiki melalui keterangan tertulis, Minggu (28/4/2024).
Melalui kegiatan Business Matching 2024 "Indonesia Education - China Industri Talk" yang diselenggarakan oleh Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek berkolaborasi dengan GoStudy.
Sebanyak 31 industri investasi dari China di Indonesia berhasil didatangkan untuk menginisiasi kemitraan dengan 77 pendidikan tinggi vokasi yang menjadi partisipan kegiatan.
Baca juga: 10 Prodi yang Paling Diminati di SNBP 2024, Sarjana Maupun Vokasi di Seluruh PTN
Industri asal China yang hadir dalam acara business matching, menurut Kiki, perlu dijajaki serius oleh perguruan tinggi vokasi.
Pasalnya, Kiki mengatakan China saat ini menjadi negara yang maju dalam bidang teknologi.
"Beberapa waktu lalu saya sempat berkunjung ke salah satu industri maju yang ada di Eropa. Saya bertanya apakah teknologi yang mereka kembangkan adalah yang pertama di dunia? Ternyata jawabannya yang kedua karena yang pertama dikembangkan di China," tutur Kiki.
Saat ini China sendiri dapat disebut sebagai hub inovasi yang memiliki perkembangan yang cukup impresif. Pertumbuhan ekonomi di sana sebagian besar karena tumbuhnya industri teknologi dan manufaktur.
Bahkan dalam Future of Jobs Survey 2023 World Economic Forum (WEF), China merupakan salah satu negara dengan pertumbuhan industri digital paling cepat karena memiliki kemungkinan besar dalam menciptakan lapangan kerja baru di bidang akses dan perdagangan digital.
Sebagian besar responden memperkirakan pertumbuhan tranformasi digital di industri China sampai 32 persen dengan tingkat adaptasi teknologi mutakhir sampai 45%.
Data WEF ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan di Asia Selatan.
"Ini menunjukkan bahwa industri China merupakan salah satu industri yang unggul di dunia dalam menciptakan peluang kerja di masa depan," jelas Kiki.
Baca juga: Menko Luhut Minta Vokasi Hasilkan Inovasi Siap Pakai untuk Masyarakat
Potensi kerja sama yang dilakukan oleh kedua belah pihak meliputi rekrutmen lulusan, kesempatan magang, up skilling, joint research, dan lain sebagainya.
Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan DUDI Kemendikbudristek, Uuf Brajawidagda mengatakan, business matching diselenggarakan sebagai salah satu ikhtiar mencari ruang kelas baru, yaitu di industri itu sendiri.
Menurutnya, baik industri maupun satuan pendidikan vokasi pertama harus mau saling terbuka untuk dapat berkolaborasi.
Terkini Lainnya
Sebanyak 31 industri investasi dari China di Indonesia berhasil didatangkan untuk menginisiasi kemitraan dengan 77 pendidikan tinggi vokasi.
5 Kejanggalan Kasus Tewasnya Brigadir RAT di Mampang, Benarkah Korban Bunuh Diri?
BERITA REKOMENDASI
Samsung Galaxy C55 Rilis di China, Ini Kisaran Harga dan Spesifikasinya
Bisa Langsung Kerja, Pendidikan Vokasi Kemenperin Kian Diminati
Pelaku UMKM Didorong Tembus Pasar Ekspor
BERITA TERKINI
berita POPULER
Jenazah Brigadir RAT Disarankan untuk Diautopsi, Kompolnas Sebut demi Perjelas Penyebab Kematian
Duka Keluarga Brigadir RAT, Sang Istri Histeris, Baju Almarhum Dipajang di Teras Rumah
Lowongan Kerja KAI Properti Terbaru, Tersedia 3 Posisi, Ini Syarat dan Link Daftarnya
VIDEO Respons Risma Ketika Namanya Masuk Bursa Calon Gubernur Jakarta dari PDIP: Saya Gak Punya Uang
Polisi Periksa HP Brigadir RAT untuk Dalami Motif Bunuh Diri, Dugaan Pembunuhan Tak Ditelisik?