androidvodic.com

Praktisi Blockchain Optimistis Banyak Produk Baru dari Institusi Besar akan Dukung Adopsi Bitcoin - News

Laporan Wartawan News, Eko Sutriyanto

News, JAKARTA - Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya mengatakan, transaksi kripto di Indonesia sudah mencapai Rp 859,4 triliun di tahun 2021.

"Dan tahun 2024 ini, diyakini volume transaksi kripto di Indonesia dapat menembus nilai itu apalagi didukung dengan minat terhadap aset kripto yang meningkat sepanjang tahun 2024 ini," kata Tirta saat pembukaan Crypto Investors Outlook (CIO) bertema AI - The Future of Crypto Analysis. Acara ini didukung oleh CoinMarketScore dan diadakan di Hotel Le Meridien, Jakarta, pada 25 April 2024.

Baca juga: Asia Tengah dan Selatan Pasar Terbesar Kripto, India Terbesar Total Transaksinya

Tirta juga memberikan kabar terbaru mengenai ekosistem kripto di Indonesia yang berkembang signifikan, termasuk dengan adanya 35 exchange kripto yang terdaftar di Bappebti dengan empat di antaranya secara resmi telah menjadi anggota bursa kripto di Indonesia.

Usai pembukaan dilanjutkan dengan diskusi menyoroti perbedaan siklus harga Bitcoin di tahun 2021 dan 2024 yang menghadirkan narasumber Brenda Andina (konten kreator dan praktisi blockchain) dan Andreas Tobing, Konten kreator dan edukator Web3.

Seorang expert di bidang blockchain researcher sekaligus content creator, Brenda Andina mengatakan, pada siklus-siklus sebelumnya, yakni sebelum tahun 2021, pasar kripto belum menjadi perhatian besar bagi perusahaan-perusahaan besar.

Tokoh seperti Michael Saylor, CEO dari MicroStrategy yang saat ini memegang sekitar 1 persen dari pasokan beredar Bitcoin, bahkan baru mulai mengakuisisi BTC di tahun 2022.

"ETF Bitcoin spot, dengan 10 perusahaan penerbit di AS termasuk BlackRock, baru mulai debut di awal tahun 2024," kata Brenda.

Brenda Andina mengatakan, per 20 April 2024 Bitcoin telah resmi melakukan halving keempat, peristiwa di mana imbalan Bitcoin kepada penambang berkurang setengahnya dari 6,25 menjadi 3,125.

Baca juga: Bitcoin Halving Rampung, 5 Token Ini Layak Dipantau

Berbeda dari tahun 2020 saat halving ketiga terjadi, di halving keempat ini, Bitcoin telah diadopsi oleh institusi besar.

“Harga Bitcoin saat ini sangat dipengaruhi oleh institusi besar. Sejak Bitcoin mencetak harga tertinggi di atas 70.000 dolar AS dan koreksi hingga saat ini, kita melihat outflow BTC yang besar dari ETF Grayscale”, katanya.

Brenda optimis ke depannya, akan lebih banyak produk-produk baru dari institusi besar, yang akan mendukung adopsi Bitcoin.

Brenda mengatakan, pergerakan harga khususnya Bitcoin, juga menunjukkan perbedaan karena di siklus sebelumnya, harga Bitcoin belum pernah menembus harga tertinggi baru sebelum Bitcoin halving.

Namun kali ini, harga BTC justru mencetak all time high (ATH) atau harga tertinggi sepanjang masa di level US$73.000 sebelum halving.

“Biasanya, harga Bitcoin akan mengalami koreksi 40-50% sebelum halving, tapi kali ini bahkan harga Bitcoin sudah menembus ATH sebelumnya,” kata Andreas Tobing.

Disebutkan, potensi kenaikan harga Bitcoin terhitung dari saat halving ke harga puncak bull market akan berkurang dari sebelumnya.

"Hal ini disebabkan karena kapitalisasi pasar Bitcoin yang semakin besar dari siklus ke siklus, sehingga perlu dana yang semakin besar untuk menggerakkan harga,” kata Andreas.

Terkini Lainnya

  • ada 35 exchange kripto yang terdaftar di Bappebti dengan empat di antaranya secara resmi telah menjadi anggota bursa kripto di Indonesia.

  • Penggunaan Blockchain di Industri Kripto Mudahkan KPK Lacak Dugaan Pencucian Uang dan Korupsi

  • BERITA REKOMENDASI

  • BERITA TERKINI

Tautan Sahabat