androidvodic.com

Bos Hino: Sopir Bus Jangan Matikan Fitur Peringatan Dini, Agar Mesin Tidak Overspeed dan Overheat - News

News, JAKARTA - Pengusaha transportasi dihimbau disiplin merawat armadanya secara berkala agar durabilitas kendaraannya terjaga dan bisa dioperasikan optimal.

"Pengusaha transportasi harus disiplin dalam perawatan kendaraannya. Sejauh ini sejumlah perusahaan otobus yang rajin merawat armadanya tidak ada masalah dengan kendaraan Hino-nya," ujar Santiko Wardoyo, COO Director PT Hino Motors Sales Indonesia di acara talkshow Performa Bisnis dan Keunggulan Oil Gallery di booth Hino di pameran GIIAS 2021, Rabu (17/11/2021).

Santiko juga mengingatkan, driver juga harus terus meng-improve pemahamannya tentang teknologi kendaraan yang mereka operasikan karena teknologi mesin dan kendaraan Hino terus berkembang.

"Jangan sampai driver nyetel-nyetel sendiri kendaraannya, agar performa mesin tetap terjaga," ujar Santiko Wardoyo.

After Sales Director PT HMSI Irwan Supriyono menambahkan, di kendaraan Hino pada dasarnya ada sistem peringatan dini yang akan berbunyi jika bus Hino dipacu melebihi batas kecepatan alias overspeed.

"Saat alarm berbunyi, sopir seharusnya berhenti, tapi sopir biasanya mematikan fitur peringatan dini ini. Padahal, ini kaitannya dengan rpm (putaran mesin). Maka itu perlu ada training agar pengemudi memahami hal tersebut," ujarnya.

Baca juga: Kapasitas Oli Lebih Kecil, Bus Hino RN 285 Mumpuni untuk Transportasi AKAP Via Tol Trans Jawa

Dia menambahkan, fenomena terjadinya mesin ngeklok (rusak) umumnya terjadi karena settingan mesin yang semestinya masih sesuai standar pabrikan, oleh mekanik atau sopir bus di-setting ulang.

Akibatnya, mesin bus overheat karena dipacu melebihi batas.

Baca juga: Hino Siap Ngegas dengan Mesin Diesel Commonrail Berspesifikasi Euro 4 Tahun Depan

"Mesin bisa overheat, itu terjadi karena pada pada mesin tidak sanggup lagi didnginkan oleh sistem mesin (akibat setting ulang mesin yang tak lagi mengacu standar pabrikan)."

"Proses pembakaran menjadi melebihi standar desain. Itu membuat cooling system di mesin tak sanggup lagi mendinginkan mesin," beber Irwan Supriyono.

Baca juga: Isuzu Sudah Siapkan Jaringan After Sales untuk Sambut Regulasi Euro 4 Tahun Depan

Kebiasaan setting ulang mesin bus tersebut umumnya terjadi pada mesin yang teknologinya masih mekanikal.

Irwan menegaskan, pada mesin yang sudah mengadopsi teknologi commonrail, hal itu sulit dilakukan, termasuk oleh sopir.

Sopir tidak bisa lagi mengoprek sendiri mesin bus karena untuk proses perawatan dan perbaikan berkala membutuhkan tools khusus.

Baca juga: Hino Pamerkan Bus R260 Avante A7BA Bodi Aluminium dan Dutro Flexicab untuk Vaksin Keliling

"Di kalangan pengusaha bus memang ada pengalaman merawat mesin, mesin mekanikal dianggap lebih enak karena komponen-komponennya perawatannya simpel. Pada mesin commonrail seharusnya tidak ada masalah di mekanisme perawatannya," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat