androidvodic.com

Pajak Pengaruhi Pertumbuhan Penjualan Elektrifikasi Indonesia - News

Laporan Wartawan News, Lita Febriani

News, KARAWANG - Penjualan industri otomotif di Indonesia selalu dibandingkan dengan negara Thailand. Terlebih di segmen kendaraan elektrifikasi.

Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam, menerangkan penetrasi market EV (Electric Vehicle) di Thailand sudah 14 persen.

Baca juga: Toyota Indonesia Siap Ekspor Kendaraan Elektrifikasi ke Amerika Latin

"Jadi tahun kemarin 8 persen, saat ini 14 persen. Suatu kenaikan yang cukup signifikan. Di kita, masih 6 persen marketnya. Tahun lalu baru 2 persen. Memang kalau dilihat dari size kita lebih kecil dari Thailand, tetapi kalau dilihat dari pertumbuhan tahun lalu 2 persen sekarang 6 persen, sebenarnya market Indonesia ini cukup menjanjikan. Thailand naiknya bagus juga dari 8 persen ke 14 persen. Tapi kita naiknya lebih tajam lagi," tutur Bob Azam dalam acara Yaris Cross Media Plant Tour di Pabrik Toyota Plant 2, Karawang, Jawa Barat, Senin (7/8/2023).

Penjualan elektrifikasi tersebut didominasi oleh hybrid. Dimana kebanyakan pasar hybrid mendominasi penjualan dengan presentase 60 persen dan 40 persen BEV.

Masih rendahnya angka penjualan produk elektrifikasi di Indonesia jika dibandingkan dengan Thailand terletak pada kebijakan pajaknya.

"Kita selalu membandingkan dengan Thailand angkanya, tapi pernah gak bandingkan pajaknya. Pajak di Thailand itu bisa dikatakan separuh dari pajak yang ada di Indonesia, sehingga market kita juga tertahan. Kan pajak kita ada PPnBM, bea balik nama PPN dan lain-lain," jelas Bob.

Relaksasi pajak PPnBM yang sempat diberikan saat Covid-19 melanda, berhasil merecovery pertumbuhan penjualan mobil di dalam negeri.

Baca juga: Ekspor Mobil Mencapai 248 Ribu Unit di Semester I 2023, Toyota Sumbang 56 Persen

"Waktu ada Covid-19, waktu kita mau recovery, pemerintah memberikan kebijakan pembebasan PPnBM. Begitu dibebasin langsung penjualannya naik pesat. Padahal masih ada tuh BBN. Artinya kalau dibandingkan Thailand potensi kita seperti itu (tinggi)," ungkapnya.

Selanjutnya, jumlah seluruh pajak kendaraan Indonesia mencapai 22 persen, ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan Singapura.

"Secara tax di Singapura kita lihat pajak rata-rata itu 17 persen, di kita 22 persen. Ini juga di satu sisi memang harus ada pajak supaya ada income negara untuk diredistribusi lagi kepada masyarakat. Di sisi lain kita harus lihat tax yang tepat di level berapa. Kalau kita mau mengembangkan ke depan itu tax harus dilihat," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat