androidvodic.com

Inflasi Menggila Bikin Harga Rumah di AS Meroket, Warga Pilih Menggelandang di Jalanan - News

Laporan Wartawan News  Namira Yunia Lestanti

News, WASHINGTON  - Data inflasi Amerika Serikat (AS) yang baru dirilis pada akhir pekan lalu menunjukkan harga-harga di negara Paman Sam termasuk harga rumah dan properti masih berada di level tertinggi  dalam 40 tahun terakhir, tepatnya sejak awal 1980-an.

Meski The Fed telah berulang kali mengambil langkah agresif dengan mengerek naik suku bunga selama beberapa bulan terakhir, namun cara tersebut belum cukup efektif untuk mencegah percepatan laju inflasi di Amerika.

Justru inflasi di Amerika pada September kemarin tercatat tumbuh sebesar 8,2 persen year-on-year (yoy). Kondisi ini kian menekan masyarakat tak hanya dari sektor finansial, tetapi juga ke berbagai lini kehidupan.

Salah satunya mendorong lonjakan harga hipotek atau kredit apartemen dan bangunan hunian lainnya.

Bloomberg mencatat sepanjang 2022 biaya hipotek telah naik sebanyak  7,08 persen, meningkat dua kali lipat dengan hipotek tahun lalu.

Pembayaran cicilan kredit per bulan di AS melesat jadi 300.000 dolar AS dari sebelumya di kisaran 2.012 per bulan.

Baca juga: Buntut Inflasi Amerika Serikat, IMF Desak Bank-bank Sentral Asia Perketat Kebijakan Moneter

Tak hanya biaya kredit, harga jual rumah di 20 kota metropolitan AS juga dilaporkan naik lebih dari 21 persen per April 2022 gara-gara inflasi yang menggila.

Hal itu diikuti dengan kenaikan biaya sewa rumah single family dimana rata-rata harga sewa rumah sepanjang 2022 mengalami kenaikan 13,4 persen menjadi 2.495 dolar AS per bulan.

Imbas dari tekanan ini bahkan membuat  jumlah tunawisma atau masyarakat di Amerika Serikat yang tidak memiliki tempat tinggal tetap mengalami peningkatan.

Baca juga: Inflasi Amerika Melonjak, The Fed Diprediksi Bakal Naikkan Suku Bunga Hingga 100 Basis Poin

Menurut lembaga Los Angeles Homeless Services Authority jumlah tunawisma di seluruh bagian AS pada 2022 telah meningkat drastis hingga melebihi level 50 persen.

Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan AS mendefinisikan tunawisma sebagai seorang individu atau keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal tetap, teratur atau memadai pada malam hari sehingga mereka harus tinggal di tempat penampungan darurat, perumahan transisi.

Di San Francisco misalnya, kini jumlah gelandangan yang ada di negara itu telah naik 55 persen dari 2019 hingga 2022. Sementara di Sacramento County, dalam jangka waktu yang sama, angka gelandangan melesat naik sebanyak 87 persen. 

Baca juga: Ini Dampak Melonjaknya Inflasi Amerika Serikat ke Ekonomi Indonesia

Di San Diego County setidaknya jumlah masyarakat tunawisma melonjak 29 persen dari 2020 ke 2022, seperti yang dikutip dari Los Angeles Times.

Menyusul wilayah lainnya, jumlah tunawisma yang menempati tempat penampungan di New York City kini juga telah melesat sebanyak 62 persen menjadi 64.000 orang, melesat drastis bila dibandingkan dengan 2019 lalu yang saat itu masih berada di kisaran 39.365 jiwa.

Kondisi serupa juga terjadi di California, sebagaimana dilaporkan perusahaan property CalMatters jumlah gelandangan di kota ini telah mencapai 173.800 jiwa, naik 22.500 orang dibandingkan 2019.

Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat, mengingat saat ini sejumlah harga masih mengalami lonjakan kenaikan. 

Akibatnya semakin banyak pembeli dan penjual rumah potensial yang mengasumsikan mode menunggu dan menonton.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat