androidvodic.com

China Evergrande Bukukan Kerugian Bersih Rp 68,72 triliun di Paruh Pertama 2023 - News

Laporan Wartawan News, Mikael Dafit Adi Prasetyo

News, HONG KONG – China Evergrande Group melaporkan kerugian bersih yang lebih kecil untuk paruh pertama tahun ini, berkat peningkatan pendapatan.

Pengembang properti terbesar kedua di China mengatakan kerugian bersih yang dibukukan pada periode Januari hingga Juni 2023 yakni sebesar 33 miliar yuan atau sekitar 4,53 miliar dolar AS atau Rp68,72 triliun (kurs Rp 15.273/dolar AS) dibandingkan kerugian 66,4 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, pendapatan Evergrande untuk paruh pertama tahun ini mengalami peningkatan 44 persen dari tahun sebelumnya menjadi 128,2 miliar yuan karena secara aktif merencanakan dimulainya kembali penjualan dan berhasil memanfaatkan pertumbuhan pasar properti di awal tahun ini.

Baca juga: Bursa Saham Asia Catat Rapor Merah Imbas Kebangkrutan Evergrande

Belum lama ini, Evergrande telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15, yang memungkinkan pengadilan kebangkrutan AS untuk turun tangan ketika kasus kebangkrutan melibatkan negara lain.

Perlindungan kebangkrutan Bab 15 dimaksudkan untuk membantu mempromosikan kerja sama antara pengadilan AS, debitur, dan pengadilan negara lain yang terlibat dalam proses kebangkrutan lintas batas.

Evergrande sendiri gagal membayar utangnya pada 2021, sehingga memicu krisis properti besar-besaran dalam ekonomi China.

Gagal bayar perusahaan terjadi setelah Beijing mulai menindak pinjaman berlebihan oleh pengembang dalam upaya untuk mengendalikan harga properti yang melonjak.

Dampak Runtuhnya Evergrande

Runtuhnya Evergrande pada 2021 mengirimkan gelombang kejutan melalui pasar properti China, merusak pemilik properti dan sistem keuangan yang lebih luas di negara tersebut.

Sejak keruntuhan Evergrande, beberapa pengembang besar lainnya di China, termasuk Kasia, Fantasia, dan Shimao Group, telah gagal membayar utang mereka.

Terlepas dari itu, Evergrande telah meluncurkan rencana restrukturisasi utang yang telah lama ditunggu-tunggu, yang merupakan rekor terbesar di China.

Perusahaan mengatakan telah mencapai "perjanjian yang mengikat" dengan pemegang obligasi internasional pada persyaratan kunci dari rencana tersebut.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat