androidvodic.com

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi Dilempar Batu di Purwakarta, Begini Kronologinya - News

News, PURWAKARTA- Anggota DPR RI Dedi Mulyadi tiba-tiba diserang orang tak dikenal dan nyaris terkena lemparan batu saat berolahraga pagi berkeliling.

Kejadian tersebut di Purwakarta, Jawa Barat saat Kang Dedi Mulyadi berolahraga pagi.

Setibanya di Jalan Taman Pahlawan, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, ia melihat seorang pria paruh baya yang mengamuk.

Pria tersebut terlihat melemparkan batu pada bangunan hingga kendaraan yang melintas. Kondisi tersebut sungguh mengkhawatirkan karena dapat melukai orang lain.

Baca juga: Dedi Mulyadi Usulkan Pembentukan Pansus Terkait Minyak Goreng

Dari seberang jalan Dedi pun berteriak menyapa pria tersebut. Tiba-tiba pria yang mengenakan kaus putih itu mengambil batu cukup besar dan berbalik melemparkannya ke arah Dedi. Beruntung batu tersebut tak sampai mengenai tubuh Dedi Mulyadi.

Melihat kondisi yang tidak kondusif, Dedi langsung menelepon Satpol PP Purwakarta membantu mengamankan pria tersebut. Tak lama pria itu pun bisa ditenangkan.

Sepintas pria itu tampak normal menjawab setiap pertanyaan. Namun lama-kelamaan jawaban yang dilontarkan semakin tidak nyambung. Akhirnya Dedi memutuskan untuk membawanya ke Pesantren Cireok tempat yang biasa menyembuhkan orang seperti pria tersebut.

“Sekarang bapak saya bawa ke Cireok ya buat dirawat,” ujar Dedi.

“Tapi tanggung jawab ya. Tapi biarin saya jangan dipegang begini,” timpal pria tersebut sambil melepaskan pegangan tangan Dedi.

Pria tersebut pun akhirnya dibawa menggunakan mobil Satpol PP menuju Pesantren Cireok.

Baca juga: Mendag Lutfi Dua Kali Mangkir Dipanggil DPR, Dedi Mulyadi Usul Pembentukan Pansus Minyak Goreng

Sesampainya di rumah, Dedi bertemu dengan kerabat dari pria yang baru diselamatkannya untuk dibawa berobat ke pesantren. Salah satu kerabat tersebut bernama Manaf.

Manaf bercerita pria tersebut bernama Bukhori. Selama ini ia dititipkan oleh kedua orang tua Bukhori yang bertransmigrasi ke Sumatera.

“Anak ini kemudian pesantren di Citeko, terus ke Pasawahan Kidul dengan Ustaz Iyas. Kalau bapaknya Bukhori dulunya ustaz juga terus transmigrasi ke Sumatera. Bukhori dititipkan ke saya untuk pesantren,” ujar Manaf.

Menurutnya lepas dari pesantren Bukhori sempat memiliki kehidupan normal bahkan memiliki usaha. Salah satu kemampuannya adalah membuat kaligrafi dan sering mengikuti lomba di mana-mana.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat