androidvodic.com

Australia Tegur Twitter, Tuntut Hapus Konten Toksisitas dan Kebencian dalam 28 Hari - News

News, JAKARTA - Otoritas pengawas keamanan internet Australia menyampaikan teguran keras ke Twitter karena banyaknya konten kebencian dan toksisitas di platform media sosial tersebut dan membuat rakyat Australia terpapar.

Mereka memberi ultimatum ke Twitter waktu 28 hari untuk membersihkan toksisitas dan kebencian di platformnya.

Otoritas pengawasan keamanan internet Australia juga mengancam mendenda perusahaan jika gagal mematuhi.

Twitter telah menjadi platform yang paling banyak dikeluhkan di Australia sejak Elon Musk, salah satu orang terkaya di dunia dan memproklamirkan diri sebagai kebebasan berbicara yang absolut.

Twitter kemudian mencabut larangan terhadap 62.000 akun yang dilaporkan, termasuk yang terkait dengan orang-orang yang melontarkan retorika Nazi, dan komisaris keamanan elektronik Julie Inman Grant mengatakan platform tersebut sekarang bertanggung jawab atas satu dari tiga keluhan tentang kebencian online di Australia, meskipun memiliki pengguna yang jauh lebih sedikit daripada TikTok, Facebook, atau Instagram.

Inman Grant, yang pernah bekerja untuk Twitter, memberi waktu 28 hari kepada perusahaan untuk menunjukkan keseriusan dalam mengatasi masalah atau menghadapi denda sebesar 700.000 dolar Australia (US$ 476.000) untuk setiap hari yang terlewatkan dari tenggat waktu.

“Twitter tampaknya telah gagal menangani kebencian,” kata Inman Grant, yang bekerja di bidang keamanan dunia maya di perusahaan tersebut setelah 17 tahun bekerja di Microsoft.

“Kami membutuhkan akuntabilitas dari platform ini dan tindakan untuk melindungi penggunanya, dan Anda tidak dapat memiliki akuntabilitas tanpa transparansi,” katanya.

Baca juga: Elon Musk: Aplikasi Video Twitter akan Segera Hadir di Smart TV

Elon Musk telah memecat lebih dari 80 persen tenaga kerja global, termasuk banyak moderator konten yang bertanggung jawab memberantas penyalahgunaan, sejak mengambil kendali perusahaan pada Oktober 2022.

Baca juga: Twitter Digugat Rp3,7 Triliun oleh Penerbit Musik atas Pelanggaran Hak Cipta

Tetapi CEO baru perusahaan Linda Yaccarino tampaknya mengambil taktik yang berbeda, mengatakan minggu lalu bahwa visinya untuk Twitter menjadikannya "sumber informasi real-time paling akurat di dunia.

Laporan reporter Handoyo | Sumber: Kontan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat