androidvodic.com

Serangan Siber Lagi Marak, Perusahaan Perlu Antisipasi Bocornya Data Berharga Pelanggan - News

Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin

News, JAKARTA - Di era digital yang semakin maju, data telah menjadi aset berharga bagi perusahaan di seluruh dunia. Data pelanggan adalah salah satu jenis data yang paling berharga, karena membantu perusahaan memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan mereka.

Data merupakan aset berharga bagi perusahaan maupun organisasi, dan kini berada dalam risiko yang semakin besar akibat potensi kebocoran data yang mengintai di setiap sudut dunia maya.

Tren ancaman kebocoran data semakin meningkat, dan perusahaan harus berjuang untuk melindungi informasi berharga ini dari ancaman yang terus berkembang. Kebocoran data dapat menyebabkan dampak serius pada reputasi perusahaan, kepercayaan pelanggan, dan kinerja bisnis secara keseluruhan.

Baca juga: Laporan Kebocoran Data, Indonesia Urutan Ketiga Terbanyak, Ini 5 Ancaman Siber yang Harus Dihadapi

Di sisi lain, baru-baru ini kita dikejutkan dengan bocornya 337 juta data kependudukan dan pencatatan sipil (Dukcapil) bocor dan dijual di internet dan dalam beberapa tahun terakhir sering terdengar kasus dugaan kebocoran data. Bahkan, Kementerian Kominfo mencatat ada 94 kasus selama rentan waktu 2019-2023.

"Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan peningkatan signifikan dalam serangan siber yang bertujuan mencuri data sensitif dan berharga, termasuk data pelanggan. Keberadaan data tersebut dapat digunakan oleh para pelaku kejahatan siber untuk berbagai tujuan, seperti penipuan, pemerasan, atau bahkan dijual di pasar gelap," ujar Bruce Hanadi, pakar keamanan siber dan Chief Information Security Officer (CISO) SNC, perusahaan penyedia solusi kebutuhan keamanan dan konektivitas ICT.

Bruce Hanadi yang memiliki pengalaman luas di dunia keamanan siber menekankan, perusahaan harus mengantisipasi eskalasi ancaman dan langkah-langkah yang harus diambil perusahaan untuk melindungi data berharga pelanggan.

Menurutnya, ada beberapa faktor penyebab kebocoran data, termasuk serangan siber, insiden internal, ketidakhati-hatian, serta kerentanan pada aplikasi dan perangkat lunak yang digunakan oleh perusahaan. Untuk melindungi data pelanggan, Bruce menekankan perlunya perusahaan untuk mengambil langkah-langkah proaktif.

"Pertama, perusahaan harus meningkatkan keamanan jaringan mereka dengan menggunakan teknologi keamanan yang mutakhir dan melakukan pembaruan secara teratur. Selain itu, data pelanggan harus dienkripsi saat berada dalam penyimpanan maupun saat berpindah antar sistem," ujarnya, Selasa, 1 Agustus 2023.

Bruce juga menekankan pentingnya pelatihan karyawan terkait keamanan data.

"Seringkali, kebocoran data terjadi karena kelalaian atau kesalahan manusia. Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan pelatihan keamanan data secara rutin kepada karyawan agar mereka sadar tentang potensi ancaman dan tahu cara menghadapinya," jelasnya.

Baca juga: BSSN Teken Kerja Sama Perkuat Keamanan Siber dengan Inggris, Ini Point-pointnya

Bruce Hanadi juga menegaskan bahwa penggunaan sistem otentikasi ganda merupakan langkah penting untuk mengurangi risiko akses yang tidak sah. "Sistem otentikasi ganda, seperti penggunaan password dan kode OTP (One-Time Password), dapat membantu melindungi data pelanggan dari akses yang tidak sah. Selain itu, perusahaan juga harus menggunakan alat pemantauan yang canggih untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan atau tidak biasa pada sistem mereka," bebernya.

Terakhir, dia mengingatkan untuk perusahaan yang tidak memiliki kapabilitas penanganan serangan siber untuk berkolaborasi dengan pihak ketiga “Pentingnya menjaga keamanan data harus menjadi prioritas setiap perusahaan, salah satunya dengan bekerja sama dengan pihak ketiga seperti SNC untuk mencegah dan mengatasi masalah serangan siber yang sangat marak belakangan ini," kata dia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat