androidvodic.com

Hapus Sistem WFH, Zoom Minta Pegawai Kembali Bekerja di Kantor Jadi yang Pertama Sejak Pandemi - News

Laporan Wartawan News Namira Yunia Lestanti

News, CALIFORNIA – Zoom Video Communications, Inc. perusahaan teknologi komunikasi asal Amerika wajibkan karyawannya untuk bekerja dari kantor, kebijakan tersebut ditetapkan usai organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menghapus status darurat global covid-19.

Perubahan sistem kerja ini jadi yang pertama kali dilakukan Zoom sejak tiga tahun terakhir. Mengingat selama pandemic covid, perusahaan konferensi video berbasiskan cloud computing ini selalu menerapkan budaya kerja-dari-rumah (WFH), sesuai dengan prinsip aplikasi Zoom sebagai salah satu media komunikasi untuk menunjang kerja jarak jauh.

“Revolusi kerja dari rumah berakhir, Zoom meminta seluruh karyawannya untuk kembali ke kantor untuk pertama kalinya sejak pandemi COVID-19,” jelas CEO Zoom Eric Yuan.

Baca juga: Mengapa karyawan bisa menang menghadapi perusahaan dalam mempertahankan WFH?

“Kami percaya bahwa pendekatan hybrid terstruktur dengan mewajibkan karyawan bekerja dari kantor dua hari seminggu bisa mempermudah karyawan dalam berkolaborasi dan meluncurkan berbagai jenis inovasi untuk menggenjot laba kuartalan,” tambah Yuan seperti yang dikutip New York Post.

Pendapatan Zoom Anjlok

Sebelum mengubah sistem kerja, laba kuartalan perusahaan teknologi ini selama setahun terakhir terus mencatatkan raport merah. Dimana saham Zoom pada tahun 2022 lalu dilaporkan turun lebih dari 63 persen.

Sementara profit perusahaan diperkirakan anjlok 38 persen, akibat menurunnya jumlah pengguna harian Zoom setelah ratusan perusahaan di dunia mewajibkan karyawan untuk menerapkan kerja dari kantor pasca dihapusnya status darurat Covid.

Akibat penurunan laba, Zoom terpaksa memangkas 1.300 staf atau sekitar 15 persen dari semua total karyawan globalnya. Tak hanya itu imbas penurunan kerugian itu, Eric Yuan pendiri Zoom harus menghadapi krisis pendapatan.

Hingga membuat harta kekayaan sang CEO susut, tak dijelaskan secara rinci berapa kerugian dan total kekayaan yang kini dimiliki Yuan. Namun menurut informasi yang beredar kemerosotan saham dan laba Zoom, telah memangkas sebagian besar harta milik Eric Yuan.

“Saat dunia beralih ke kehidupan pasca-pandemi, kami melihat bahwa pelanggan mulai mengurangi penggunaan layanan. Kondisi kian diperparah dengan ketidakpastian ekonomi global, sehingga kami perlu mengambil upaya keras untuk mengatur ulang diri kami sendiri agar dapat mengatasi ancaman krisis." jelas Yuan.

Sebelum dilanda kebangkrutan, Zoom pernah tercatat sebagai platform penyedia layanan video conference paling terpopuler di dunia, bahkan zoom dapat mencatatkan lonjakan pendapatan hingga tembus mencapai 191 persen year-on-year (yoy) pada kuartal pertama tahun 2021.

Sinyal positif ini tak hanya membuat perusahaan bernilai jual 35 miliar dolar AS, namun mendorong Yuan untuk terus meruap pundi – pundi kekayaan.

Diperkirakan selama masa kejayaannya di tahun 2020, harta Yuan melonjak sebesar 6,6 miliar dolar AS. Dorongan tersebut bahkan membuat Yuan berhasil menyandang sebagai CEO berusia 50 tahun dengan harta 23 miliar dolar AS, menurut Bloomberg Billionaires Index.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat