androidvodic.com

Untuk Mendapat Bahan Baku Menu Khas Singkil Ini Warga Harus Bertaruh Nyawa di Sarang Buaya - News

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Dede Rosadi/ Nurul Hayati

News, ACEH - Jangan mengaku pencinta kuliner jika belum mencoba gurih dan lezatnya hidangan lokan (kerangan sungai) khas Singkil.

Kabupaten yang terletak di belahan selatan Aceh tersebut memang dikenal dengan kuliner berupa olahan seafood-nya yang menggoda selera.


Warga mencari lokan di Sungai Singkil. (Serambi/Dede Rosadi)

Rupa-rupa olahan lokan yaitu goreng lokan, sate lokan, dan yang paling istimewa dan hanya disajikan dalam acara istimewa yaitu roti jalo (jala) gulai lokan.

Kuliner satu ini sekaligus menggambarkan perkawinan budaya pesisir dengan bahasa ba apo dan suku lokal berbahasa kade-kade di Aceh Singkil.

Roti jalo mungkin bisa ditemukan di daerah lain.

Tapi bila disajikan dengan gulai lokan hanya ada di bumi Syekh Abdurrauf Asingkili, di ujung Selatan Provinsi Aceh.

Saking istimewanya roti jalo gulai lokan tidak dijual di rumah makan.

Untuk menikmatinya harus memesan khusus kepada ahlinya.

Berbeda dengan lokan goreng saban hari kalau berkunjung ke Aceh Singkil, bisa didapatkan di Rumah Makan Arum di kawasan Pulau Sarok, Singkil.


Memasak gulai lokan. (Serambi Indonesia/Dede Rosadi)

Sedangkan sate lokan jadi makanan khas Rumah Makan Kiniko Duo Anak Laut, di pinggir jalan Singkil-Singkil Utara, Desa Gosong Telaga Barat, Singkil Utara.

Eit...jangan salah! Sate lokan Kiniko Duo, bukan seperti sate umumnya yang ditusuk.

Sate lokan itu tanpa tusuk.

Masaknya pun menggunakan bumbu kelapa parut gongseng yang digiling halus.

Digoreng maupun disate, lokan yang dalam bahasa setempat disebut geling sama-sama bisa dinikmati langsung dan tetap lezat walau tanpa nasi.

Seporsi cukup membayar Rp 10 ribu saja.

Lokan dan kisah kasur buaya

Mengambil bahan baku lokan mentah harus bertaruh nyawa.

Menyelam dasar sungai Singkil yang dikenal menjadi sarang ribuan buaya.

Saat menikmati hidangan lokan awalnya mungkin tak pernah terbayangkan warga pinggiran sungai rela mempertaruhkan nyawa demi sekarung lokan yang dijual per 100 biji Rp 10 ribu - Rp 20 ribu tergantung ukuran.

Korban nyawa telah berjatuhan dimangsa hewan bergigi tajam itu.

Warga pun sempat menyatakan perang dengan melakukan perburuan besar-besaran terhadap buaya.

Namun hanya itulah pilihan mata pencaharian yang bisa menunjang hidup sehari-hari.

“Tetap mencari lokan, lantaran tidak ada pilihan walau nyawa taruhannya,” kata Irwan Sekretaris Desa Suka Makmur, Kecamatan Singkil, yang penduduknya mencari lokan.

Berbekal modal nekat lantaran tak ada pilihan, sebagian penduduk percaya walau lokan merupakan kasur kasur buaya.

Binatang buas itu tidak akan mengganggu lantaran konon dipercaya merupkan nenek moyang salah satu marga penduduk yang ada di sana.

Masak lokan pun bukan perkara mudah.

Setelah dikumpul dari sungai, terlebih dahulu dicuci menggunakan air bersih agar kotoran pasir lepas.

Setelah itu satu per satu dikupas.

Perkerjaan inilah menyita waktu cukup lama serta terancam pisau mengiris tangan jika belum ahlinya.

Untuk mencegah minyak goreng muncat ke mana mana ketika digoreng, terlebih dahulu direbus.

Selanjutnya terserah mau diolah menurut selera atau permintaan anda.

“Mencari dan masaknya lokan ini susah, tapi harganya murah,” kata Azwar, penikmat lokan dari Singkil.

Tunggu apalagi saatnya anda datang menikmati hidangan lokan khas Aceh Singkil, sambil tentu saja menyaksikan sendiri perburuan lokan di sarang buaya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat