androidvodic.com

Unik dan Penuh Makna, 7 Tradisi Ramadan Ini Cuma Ada di Indonesia! - News

News - Bulan Ramadan segera tiba! Seluruh umat muslim di berbagai penjuru dunia pun begitu bersukacita tatkala memasuki bulan yang penuh berkah ini, termasuk di Indonesia.

Dalam menyambut bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat muslim ini, masyarakat muslim di Indonesia biasanya melakukan berbagai tradisi sederhana, misalnya menyiapkan bahan makanan untuk hidangan sahur dan berbuka puasa.

Namun, lebih dari itu, masyarakat Indonesia dari berbagai daerah juga memiliki tradisi tersendiri yang begitu unik dalam menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi-tradisi lokal tersebut hanya ada #DiIndonesiaAja dan diwariskan secara turun-temurun hingga saat ini, lho!

Nah, maka dari itu kali ini akan dibahas 7 tradisi unik dari berbagai daerah di Indonesia, dari barat hingga ke timur. Selain itu, kamu juga bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai berbagai tradisi lain hingga kuliner lokal dan juga konten kreatif lainnya di akun Instagram @pesona.indonesia dan akun TikTok @pesonaindonesia. Jadi, jangan lupa follow, ya!

1. Meugang, Aceh

Meugang, salah satu tradisi masyarakat Aceh dalam menyambut bulan Ramadan.
Meugang, salah satu tradisi masyarakat Aceh dalam menyambut bulan Ramadan. (Shutterstock)

Tradisi meugang adalah tradisi membeli daging sapi, lalu memasaknya, dan kemudian menyantapnya bersama-sama keluarga.

Tradisi ini sudah dijalankan sejak masa Sultan Iskandar Muda pada abad ke-16. Dalam buku Perayaan Meugang dalam Perspektif Hukum Islam oleh Iskandar pada 2010, disebutkan pada masa itu Sultan meminta untuk memotong lembu atau kerbau. Kemudian daging-dagingnya dibagikan kepada rakyat sebagai wujud syukur sekaligus untuk menyambut Ramadan.

Tak hanya dalam menyambut bulan Ramadan, tradisi meugang juga berlangsung saat menyambut Idul Fitri dan Idul Adha. Nah, biasanya saat meugang berlangsung, anak maupun kerabat yang merantau atau tinggal di tempat jauh juga akan pulang untuk merayakannya, sehingga tradisi ini pun begitu sarat akan makna kebersamaan.

2. Malamang, Sumatera Barat

Seorang warga memasak lemang atau Malamang di Taluk Sikumbang Rt 01/Rw 10, Kelurahan Lubul Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Seorang warga memasak lemang atau Malamang di Taluk Sikumbang Rt 01/Rw 10, Kelurahan Lubul Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). (Tribunpadang.com/Rezi Azwar)

Malamang atau memasak lamang merupakan salah satu tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Sumatera Barat pada berbagai perayaan besar maupun acara keluarga, termasuk dalam menyambut bulan Ramadan.

Lamang sendiri merupakan sajian yang terbuat dari beras ketan putih dan santan yang dikukus di dalam batang bambu muda. Nah, tradisi ini sudah turun-temurun sejak ratusan tahun silam dengan tujuan untuk berkumpul bersama sanak saudara serta mempererat tali kekeluargaan.

3. Munggahan, Jawa Barat

Ilustrasi tradisi munggahan.
Ilustrasi tradisi munggahan. (Shutterstock)

Bagi sebagian besar masyarakat di Jawa Barat, munggahan menjadi tradisi yang dilakukan dalam menyambut bulan Ramadan. Biasanya, tradisi munggahan dilakukan pada akhir bulan Sya'ban atau beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadan.

Dalam tradisi ini, masyarakat Sunda akan berkumpul bersama keluarga atau orang-orang terdekat untuk makan bersama serta saling meminta maaf untuk mempersiapkan diri menuju bulan suci Ramadan.

4. Padusan, Jawa Tengah dan Yogyakarta

Umbul Manten yang ramai oleh ribuan pengunjung menjelang bulan Ramadhan.
Umbul Manten yang ramai oleh ribuan pengunjung menjelang bulan Ramadhan. (Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya)

Padusan merupakan tradisi unik dalam menyambut bulan Ramadan yang biasa dilakukan masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang dilakukan secara turun temurun dan dijalani dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air.

Dikutip dari situs Portal Informasi Indonesia, tradisi padusan, berasal dari kata adus yang berarti mandi. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan untuk menyucikan diri, membersihkan jiwa dan raga, dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

5. Perlon Unggahan, Banyumas, Jawa Tengah

Masyarakat adat Bonokeling berjalan kaki puluhan kilometer dalam rangka Perlon Unggahan tradisi Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas pada Kamis (25/4/2019).
Masyarakat adat Bonokeling berjalan kaki puluhan kilometer dalam rangka Perlon Unggahan tradisi Bonokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas pada Kamis (25/4/2019). (Tribunjateng.com/Permata Putra Sejati)

Seminggu sebelum memasuki bulan Ramadan, masyarakat Banyumas, khususnya di Desa Pekuncen, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah biasanya melakukan tradisi Perlon Unggahan. Dalam tradisi ini, para anak-cucu trah Bonokeling melakukan ziarah kubur ke makam leluhur yaitu makam Bonokeling.

Uniknya, saat ziarah kubur, masyarakat adat Bonokeling harus berjalan secara rombongan tanpa alas kaki hingga puluhan kilometer dari Cilacap, melintasi perbukitan yang memisahkan Banyumas dan Cilacap sambil membawa makanan khas Banyumas, yaitu nasi ambeng.

6. Sura Maca, Makassar, Sulawesi Selatan

Setiap daerah memiliki tradisi tersendiri dalam menyambut bulan Ramadan, termasuk masyarakat Bugis-Makassar yang biasa menggelar tradisi Sura Maca yang dilaksanakan  selama sepekan sebelum memasuki bulan Ramadan.

Pada pelaksanaan tradisi Sura Maca, masyarakat akan melakukan doa bersama untuk dikirim kepada leluhur yang sudah tiada sebagai bentuk untuk membersihkan jiwa dan rohani sebelum melakukan ibadah pada bulan puasa. Tak ketinggalan, berbagai makanan olahan khas masyarakat Bugis-Makassar juga tersedia, lho!

7. Bakar Batu, Papua

Komunitas muslim Wamena gelar acara bakar batu untuk menyambut ramadan.
Komunitas muslim Wamena gelar acara bakar batu untuk menyambut ramadan. (Kompas.com/Fabio M Lopes Costa)

Tradisi bakar batu merupakan kegiatan memasak secara tradisional yang dilakukan oleh suku-suku asli Papua yang berasal dari wilayah pegunungan tengah Papua. Tradisi ini biasanya  diselenggarakan setiap menyambut sesuatu yang dianggap spesial, termasuk bulan Ramadan.

Dalam sejarahnya, tradisi bakar batu merupakan pesta daging babi. Namun, demi menjaga tradisi bakar batu ini, komunitas muslim di Papua pun menggantinya dengan daging ayam atau hewan yang halal menurut Islam.

Nah, tradisi bakar batu serta tradisi-tradisi unik yang disebutkan di atas menjadi simbol toleransi beragama dan kebhinekaan masyarakat Indonesia. Kedua hal ini juga diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi masyarakat di tengah hantaman pandemi Covid-19.

Terlebih, pada momen Ramadan tahun ini, masyarakat Indonesia juga sudah bisa kembali melakukan rutinitas ibadah Ramadan, seperti tadarus bersama atau salat tarawih. Hal ini pula yang membuat Menparekraf Sandiaga optimistis, di masa transisi ini, omzet UMKM akan mengalami peningkatan dan lapangan kerja makin terbuka seluas-luasnya.

“Berkat kerja keras kita semua melawan pandemi, kita berhasil menekan angka penyebaran Covid-19. Insya Allah, semua akan kembali seperti normal. Kita bisa melaksanakan ibadah di bulan Ramadan tanpa ada pembatasan-pembatasan, asalkan tetap patuh pada protokol kesehatan,” kata Sandiaga melalui unggahannya di akun Instagram @Sandiuno, Selasa (22/3/2022).

Lebih lanjut, Sandiaga mengatakan, “Dengan ada pelonggaran aturan ini, omzetnya dapat semakin meningkat, ekonominya bangkit, dan lapangan kerja semakin terbuka seluas-luasnya.”

Di samping itu, momen suka cita menyambut bulan Ramadan ini juga bisa kamu lakukan dengan #BeliKreatifLokal mulai dari pakaian muslim hingga sajian kuliner untuk berbuka puasa. Bahkan, sudah banyak produk lokal dari UMKM sekitar yang bisa dengan mudah dibeli secara online.

Selain itu, agar dapat menjalankan ibadah di bulan Ramadan dengan aman dan nyaman, jangan lupa untuk tetap menerapkan protokol kesehatan 6M serta segara mendapatkan vaksinasi booster, ya!

Oh ya, sambil menunggu waktu berbuka puasa, kamu bisa ikutan Sayembara Akamsi atau Ambassador Kampung Sini. Sayembara Akamsi ini merupakan ajang kompetisi yang menantang kamu untuk menemukan pesona tersembunyi di lingkungan sekitar dan kemudian membagikannya dalam bentuk foto atau video ke akun Instagram @pesona.indonesia.

Periode kompetisi ini berlangsung mulai dari 15 Maret-15 Mei 2022. Para pemenang akan dinobatkan menjadi Akamsi alias #AmbassadorKampungSini dan berkesempatan untuk mendapatkan hadiah uang tunai, Iphone 13 Pro Max, hingga paket e-wallet senilai jutaan rupiah. Untuk syarat dan ketentuan lebih lengkap terkait Sayembara Akamsi ini kamu bisa langsung cek di Instagram @pesona.indonesia.

Nah, agar tidak ketinggalan informasi terbaru tentang destinasi wisata, event menarik, serta informasi ekonomi kreatif #DiIndonesiaAja, jangan lupa untuk follow akun Instagram @pesona.indonesia dan akun TikTok @pesonaindonesia. Selamat menunaikan ibadah puasa!

Penulis: Nurfina Fitri Melina | Editor: Bardjan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat