androidvodic.com

Kiai Taufik Damas, Tokoh Media yang Kritis Sejak Mahasiswa - News

Kiai Taufik Damas, Tokoh Media yang Kritis Sejak Mahasiswa

Oleh KH Imam Jazuli, Lc., MA.

News - Salah satu sahabat dan adik kelas penulis yang konsisten dengan dunia jurnalistik dari Mahasiswa hingga sekarang adalah Kiai Taufik Damas. Ketika menjadi mahasiswa di Al-Azhar, dia dikenal sangat kritis dan vokal. Itu sebabnya ia mendapat amanah menjadi ketua Umum Bulletin Teroboson. Sebuah media yang sangat terpercaya di lingkungan masyarakat Indonesia di Mesir saat itu.

Dari bulletin itulah, lahir salahsatunya wartawan senior Kompas, Pak Mus (Musthafa), kemudian Duta Besar Tunisia, Zuhairi Misrawi, Jurnalis Tempo Kang Qoris Tajudin, DPD RI Muhammad Fadhil, Ceo Syafana Nanang Firdaus, Rektor IAIN Kudus Prof Abdurahman Kasdi, Novelis Aguk Irawan, Didik L. Hariri, Pengamat Timir Tengah Hasibullah Sastrawi dan lain sebagainya. Penulis sendiri menjadikan Terobosan, selain sebagai wahana belajar jurnalistik juga berekspresi.

Atas pengalaman jurnalistik itu, Kiai Taufik Damas, atau yang lebih populer dipanggil Kang Damas terus mengasah insting jurnalismenya. Karenanya tak mengherankan, jika komentar-komentarnya sering memicu kontroversi.

Kang Damas salah satu tokoh muda nahdliyin yang sudah malang melintang untuk berdebat di program televesi nasional, terutama terkait wacana penistaan agama, salah satu langganan debatnya adalah Ketua Media Center PA 212, Novel Bamukmin yang menyebut Indonesia sudah krisis penista agama.

Nama Kang Damas mencuat, saat itu membahas kasus tuduhan penistaan agama yang dilalukan Ahok, Sukmawati dan Gus Muwafiq yang diduga telah melakukan penodaan agama menghina Rasullullah.

Mulanya, Novel Bamukmin menilai, kasus penodaan agama yang terjadi pada zaman kepemipinan Presiden Soeharto lebih tegas, tapi belakang, terutama era Jokowi sangat kendur. Disitulah Kang Damas memberikan bantahan demi bantahan, sesuai kapasitas keilmuannya. Ia memang dikenal sebagai aktivis yang sangat anti radikalisme agama.

"Kalau sindirian dan kritik sosial dan keagamaan sedikit-sedikit dibawa keranah hukum, mau jadi apa bangsa ini.. Padahal yang sering terjadi hanya berbeda sudut pandang." Ujarnya pada program talkshow tvone 15/12/19.

Beberapa pernyataannya Kang Damas juga dimuat media dan menjadi kontroversi di media sosial, antara lain saat ia mengomentari Ari Untung yang memprotes peniadaan ibadah haji pada tahun 2021. Ia mempertanyakan dari mana Arie Untung mendapatkan pengetahuan agamanya.

Ia juga mengingatkan untuk berhati-hati terhadap bahaya buzzer di media sosial, jika semata digunakan untuk mencari uang dan mengabaikan nurani. Kang Damas juga mengingatkan supaya dakwah dilakukan dengan santun dan menghargai keberagaman, dengan meneladani Sunan Ampel.

Di jagad media tanah air, Kang Damas juga sempat menjadi editor di Qisthi Press dan Pena. Setelah itu ia menjadi Direktur Penerbit Menara, Bekasi. Ia juga pernah menjabat sebagai Chief Editor di Penerbit Serambi Jakarta.

Selanjutnya ia menjadi Penanggung jawab rubrik Timur tengah di wartanews.com. Ia dipercaya juga sebagai Redaktur Pelaksana di Rakyat Merdeka Online, Chied Editor di Penerbit Suara Agung. Dan kini ia menjadi Wakil Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta.

Beberapa karya artikelnya yang penting dan juga karya buku dan jurnalismenya, antara lain: Humanisme dalam Lagu-lagu Iwan Fals (Dimuat di Indopos), Bencana dan Takdir (Harian Jogjakarta), Mengapa Ada Golput (dibukukan), Pidato Politik Calon Pemimpin (Republika)

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat