androidvodic.com

Mengapa Harga Minyak Goreng Kemasan Tak Kunjung Turun Saat Harga Sawit Anjlok, Ini Penyebabnya - News

Laporan Wartawan News, Seno Tri Sulistiyono

News, JAKARTA - Harga tandan buah segar (TBS) sawit terus mengalami penurunan hingga saat ini, tetapi harga minyak goreng kemasan di dalam negeri masih tetap mahal di atas Rp 23 ribu per liter.

Anggota Komisi VI DPR Amin Ak mengatakan, dampak larangan ekspor beberapa waktu lalu menyebabkan stok minyak kelapa sawit (CPO) milik perkebunan kelapa sawit melimpah.

Akibatnya, kata Amin, TBS produksi petani atau perkebunan sawit rakyat hanya sebagian kecil diserap perusahaan-perusahaan sawit karena mereka mendahulukan menyerap hasil produksinya sendiri.

"Sehingga stok lama minyak goreng masih cukup besar, dan minyak goreng yang beredar di pasaran masih dengan harga lama," kata Amin saat dihubungi, Jumat (1/7/2022).

Baca juga: Harga Minyak Goreng Terbaru Jumat, 1 Juli 2022: Tropical, Bimoli, Sania hingga SunCo

Amin menjelaskan, setelah kran eskpor dibuka, pasar global dibanjiri produk minyak sawit dari Indonesia, membuat pasokan berlimpah dan menyebabkan harga CPO global turun.

Pada saat bersamaan, Amin melihat, dua importir sawit besar dunia, yakni India dan China mengurangi impor sawit dengan total pengurangan mencapai 4,8 juta ton per tahun.

"Terjadi peningkatan pasokan minyak nabati antara lain minyak kedelai (soybean oil) dalam jumlah besar," paparnya.

Merujuk data Asosiasi Kedelai Amerika (American Soybean Association/ASA), minyak kedelai yang masuk ke pasar global jumlahnya mencapai 2 hingga 3 juta ton.

Sebelumnya, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan, saat harga bahan baku atau CPO turun justru pengusaha minyak goreng mencoba pertahankan marjin keuntungan di dalam negeri.

Baca juga: Beli Minyak Goreng Lewat Aplikasi PeduliLindungi Maksimal 10 Kg Per Hari

"Sehingga tidak ada korelasi antara penurunan harga CPO dipasar internasional dengan harga minyak goreng kemasan," kata Bhima.

Menurutnya, saat ini yang dilakukan perusahaan sawit yaitu menekan harga di level petani, khususnya petani yang tidak bermitra dengan perusahaan.

Selain itu, kata Bhima, masih mahalnya harga minyak goreng kemasan karena distribusinya tidak diselesaikan oleh pemerintah.

"Pemerintah sudah final mengatakan minyak goreng kemasan dilepas ke mekanisme pasar, di mana mekanisme pasar yang terjadi semu karena pemain besar kuasai pasar," ujarnya.

Ia menyebut, selama tidak ada pengawasan distribusi yang efektif dari pemerintah, maka marjin untung minyak goreng kemasan tetap akan tinggi.

Baca juga: Atasi Persoalan Harga Minyak Goreng, Pemerintah Dinilai Harus Kuasai Suplai

"Apa bisa turun ke Rp 15 ribu per liter? Sepertinya sangat sulit kalau model kebijakannya tidak berubah," ucap Bhima.

Diketahui, sejak Presiden Jokowi mencabut larangan ekspor CPO dan produk turunannya pada 23 Mei lalu, harga TBS sawit petani terus mengalami penurunan yang sangat drastis.

Sebagai contoh, untuk periode II Januari 2022, harga TBS sawit umur 3 tahun Rp 2.471,25 per kg dan untuk sawit umur 25 tahun Rp 2.953,19 per kg.

Sementara saat ini harga TBS turun ke bawah Rp1.000 per kg, di mana per 26 Juni 2022 harga TBS di 10 provinsi wilayah anggota SPKS berkisar Rp 500-Rp 1.070 per kg.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat