androidvodic.com

Morgan Stanley : Amerika Akan Terhindar dari Resesi pada 2023, Sedangkan Uni Eropa Diprediksi Anjlok - News

Laporan Wartawan News Namira Yunia Lestanti

News, WASHINGTON – Salah satu perbankan investasi terbesar didunia Morgan Stanley menyebut Amerika Serikat berpotensi lolos dari gejolak resesi 2023, pernyataan tersebut disampaikan seiring dengan membaiknya laporan pasar tenaga kerja AS yang belakangan terus mencatatkan peningkatan.

Dengan meningkatnya lapangan kerja baru di AS, Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat mencatat tingkat pengangguran di negeri paman Sam ini turun menjadi 3,5 persen setelah sebelumnya bertahan di level 3,6 persen selama empat bulan berturut-turut.

Menyusutnya angka pengangguran membuat dorongan di sektor ekonomi negara hingga harga pangan dapat menyusut jadi 10,9 persen sementara biaya energi berada di 17,6 persen. Meski beberapa biaya bahan pokok seperti telur, susu, dan roti masih cukup tinggi dengan masing-masing melonjak 43 persen, 14 persen, dan 14,8 persen.

Namun, dengan stabilnya perekonomian AS kini laju inflasi di negara ini susut 7,7 persen (yoy) pada Oktober 2022, lebih rendah dari perkiraan para ekonom yang saat itu mematok sebesar 8 persen. Capaian ini bahkan jadi yang terendah sejak Januari tahun ini.

Baca juga: Indonesia Terancam Resesi Ekonomi Global, Pengamat: Terdampak Negatif Tapi Tak Berpengaruh

Mengingat sebelumnya inflasi AS sempat melonjak hingga tembus mencapai angka 9,1 persen (yoy).

Apabila kondisi perekonomian AS terus membaik, Morgan Stanley memperkirakan inflasi inti AS akan turun menjadi 2,9 persen pada akhir 2023.

“Ekonomi AS baru saja melewati resesi meski begitu disinflasi (perlambatan ekonomi) akan terus mendorong narasi tahun depan” ujar laporan Morgan Stanley.

Berbanding terbalik dengan Amerika, ekonomi Uni Eropa justru diproyeksikan anjlok.

Kantor Statistik Eropa dalam rilisnya menunjukkan bahwa inflasi utama UE kini telah melesat naik jadi 10,7 persen pada Oktober 2022 (year-on-year/yoy), jauh melebihi median perkiraan ekonom dalam survei Bloomberg sebesar 10,3 persen.

Dengan lonjakan ini sebagian besar negara UE diprediksi akan mengalami resesi pada kuartal keempat 2022, tak hanya itu prospek ekonomi juga akan ikut melemah secara signifik pada tahun depan.

Meski Uni Eropa telah memberlakukan pengetatan dengan mengerek naik suku bunga acuan seperti yang dilakukan bank sentral AS The Fed, namun langkah tersebut ternyata belum cukup mampu untuk menekan ketidakpastian harga energi dan pangan yang melambung tinggi.

Alasan ini yang kemudian mendorong 27 negara di kawasan euro berpotensi jatuh ke jurang resesi pada kuartal terakhir 2022.

Walau lonjakan inflasi di akhir tahun ini melesat, namun diperkirakan inflasi pada 2023 akan sedikit menyusut di angka 7,0 persen di UE dan 6,1 persen di kawasan euro. Meski begitu jumlah tersebut masih terbilang besar bila dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya.

Khawatir apabila kondisi ini kian memburuk, pemerintah kawasan euro sejauh ini mulai menyalurkan bantuan kolektif hingga menghabiskan sekitar 200 miliar euro, atau 1,25 persen dari produk domestik bruto (PDB) Uni Eropa hanya untuk dukungan pembiayaan energi di sepanjang tahun ini.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat