androidvodic.com

Arab Saudi Ketok Palu, Setujui Kesepakatan OPEC+ Pangkas Ekspor Minyak hingga 2024 - News

Laporan Wartawan News Namira Yunia Lestanti

News, RIYADH – Pemerintah Arab Saudi resmi menyetujui kesepakatan pemangkasan minyak yang digagas oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+).

Keputusan itu disampaikan langsung oleh Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman Al Saud usai menggelar rapat dengan negara-negara anggota OPEC+ di Vienna, Austria, pada Senin (5/6/2023).

Dalam laporan yang dirilis Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, pihaknya menjelaskan bahwa negaranya dan para anggota OPEC+ tengah bersiap untuk melakukan memangkas pasokan minyak mentah sebesar 500.000 barel per minggu.

Baca juga: Menkeu AS Janet Yellen: Pengurangan Produksi Minyak OPEC Plus adalah Tindakan Tidak Konstruktif

Pemangkasan ini nantinya akan dilakukan hingga Desember 2024, dengan adanya pemangkasan tersebut kini target produksi minyak mentah Arab Saudi dan sejumlah negara anggota OPEC+ resmi dipangkas sebesar 3,66 menjadi 40,46 juta barel per hari.

Tak hanya itu, untuk membantu memulihkan stabilitas harga minyak global ditengah menipisnya pasokan minyak mentah dunia. Pemerintah Arab juga turut mengurangi pasokan produksi minyak mentah sebesar 1 juta barel per hari untuk pengiriman di bulan Juli.

Dari awalnya dipatok sekitar 10 juta barel per hari pada bulan Mei, kini resmi dipangkas menjadi 9 juta barel per hari hingga bulan Juli 2023, seperti yang dikutip dari Arab News.

Minyak dunia diramal naik

Imbas pemangkasan pasokan minyak mentah yang dilakukan Arab dan sejumlah negara OPEC+ analis Citi memprediksi apabila harga minyak akan melonjak menembus ke atas level 90 dolar AS per barel.

Proyeksi serupa juga turut dilontarkan Analis UBS yang memperkirakan harga minyak mentah jenis Brent melesat naik jadi 95 dolar AS per barel pada akhir 2023 dengan

“Permintaan yang lebih lemah, pasokan non-OPEC yang lebih kuat pada akhir tahun, potensi resesi di AS dan Eropa, serta pertumbuhan yang lebih rendah di cina dapat mendorong harga lebih rendah tahun ini dan pada 2024,” kata analis Citi, dikutip dari Reuters

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat