Pemerintah Bakal Secepatnya Bayar Utang Rafaksi Minyak Goreng ke Pengusaha - News
Laporan Wartawan News, Lita Febriani
News, JAKARTA - Sudah dua tahun program satu harga minyak goreng berlalu. Namun utang selisih harga minyak goreng atau rafaksi migor ke pengusaha belum kunjung diselesaikan Pemerintah.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, menyampaikan pihaknya baru saja melakukan rapat dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengenai rencana pembayaran rafaksi migor ke pengusaha.
"Jadi berdasarkan masukan dari Kejaksaan Agung, BPDPK dan semua stakeholder, Pak Menko memutuskan membayar rafaksi. Iya dibayar itu keputusan (rapat) tadi," tutur Putu di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (25/3/2024).
Putu menambahkan, pembayaran utang rafaksi minyak goreng akan dilakukan secepatnya. Namun rincian besaran pembayaran ada di Kemenko Marves.
"Tadi disepakati oleh pak Menko seperti itu, akan dibayar. Makin cepat makin bagus. Rapat tadi dihadiri semua Kementerian/Lembaga terkait," jelasnya.
Baca juga: Zulkifli Hasan Tak Hadiri Pertemuan Dengan Aprindo Terkait Pembayaran Utang Rafraksi Minyak Goreng
Menurut data dari surveyor yang digunakan oleh pemerintah untuk menghitung rafaksi migor, yakni PT Sucofindo, memverifikasi nilai pergantian selisih harga atau rafaksi sebesar Rp 474,8 miliar.
Akan tetapi, nilai tersebut berbeda dengan klaim produsen senilai Rp 812 miliar dan peritel Rp 344 miliar.
Terkini Lainnya
Kementerian Perindustrian berjanji membayarkan utang rafaksi minyak goreng ke pengusaha secepatnya.
PPLIPI Minta Pelaku Usaha Mikro Hindari Pinjol dan Bank Emok Saat Butuh Modal
BERITA REKOMENDASI
BERITA TERKINI
berita POPULER
Cegah Kerugian Akibat Serangan Siber Terhadap Data, Perusahaan Perlu Lakukan Perlindungan
Dukung Energi Hijau, Perusahaan Ini Gunakan Skuter Listrik untuk Kendaraan Operasional
Emiten Unggas JPFA Dukung Kemajuan Dunia Pendidikan di Bidang Peternakan
Politisi Ini Ingatkan Risiko Gagal Bayar Program Student Loan Cukup Tinggi
Alarm Industri Indonesia 'Menyala', Kemenperin Sebut Sumbernya