androidvodic.com

AS Sanksi Iran, Ancam Bakal Jegal Bisnis Ekspor Minyak Buntut Serangan Pasukan Elit IRGC ke Israel - News

Laporan Wartawan News Namira Yunia Lestanti

News, WASHINGTON – Pemerintah Amerika Serikat (AS) tengah bersiap memberikan sanksi kepada Iran usai Pasukan Elit Iran (IRGC) menghujani langit Israel dengan 300 rudal dan drone pada akhir pekan kemarin.

Rencana ini diungkap oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen usai menggelar perbincangan dengan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.

Dalam laporan tertulisnya Yellen memberikan isyarat bahwa AS dalam waktu dekat akan mengupayakan sanksi atau hukuman untuk memukul ekonomi Iran karena telah membombardir Israel dengan lebih dari 300 rudal, drone, dan roket.

Baca juga: Telepon Menlu Iran, Tiongkok Minta Teheran Menahan Diri dan Tak Lakukan Eskalasi Lebih Lanjut

Hingga membuat sejumlah wilayah pendudukan Israel meledak sementara sebuah pangkalan udara militer Israel paling penting di Negev dilaporkan hancur, alasan ini yang mendorong AS selaku sekutu dekat Israel geram dan berniat untuk melakukan pembalasan dengan menjatuhkan sanksi ekonomi ke Iran.

Adapun sanksi yang akan diterapkan AS yakni kebijakan yang bisa membatasi Iran melakukan ekspor minyak mentah ke pasar global, sebagaimana dikutip dari Al Arabiya.

“Sehubungan dengan sanksi, saya sepenuhnya berharap kami akan mengambil tindakan sanksi tambahan terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang,” kata Yellen.

"Jelas, Iran terus mengekspor sejumlah minyak. Mungkin ada lebih banyak lagi yang bisa kami lakukan. Saya tidak ingin memperjelas sanksi kami yang sebenarnya, namun yang pasti hal ini tetap menjadi fokus kami," imbuhnya.

Dengan diberlakukannya sanksi ini diharap pembatasan ekspor minyak bisa membuat perekonomian Iran goyah hingga ibu kota Teheran kesulitan untuk menghentikan pendanaan pasukan elit IRGC yang dianggap AS sebagai teroris.

Selain memberlakukan pembatasan, rencananya Washington juga akan menerapkan sanksi kepada lebih dari 600 individu dan entitas dari Iran yang terkait dengan terorisme, pendanaan teroris, dan bentuk perdagangan gelap lainnya, pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan, serta dukungan terhadap kelompok proksi teroris.

AS Bujuk Dunia Terapkan Sanksi ke Iran

AS tak sendiri pasca rencana ini diusulkan, Amerika Serikat diketahui melobi sejumlah negara dan para sekutunya untuk terus mengambil tindakan tegas , dengan menjatuhkan hukuman untuk pemerintah Iran atas tindakan jahat dan stabilisasinya.

Sementara seorang pejabat senior Departemen Keuangan mengatakan Departemen Keuangan berupaya meminta bantuan dari China, mitra negara G7, dan pemasok minyak global utama lainnya untuk mempersulit Iran ekspor minyak.

Baca juga: Bicara via Telepon, Putin Ingatkan Presiden Iran jika Eskalasi Timur Tengah Bisa Timbulkan Bencana

“Kami akan melakukan pembicaraan dengan semua pemasok utama di seluruh dunia. Termasuk negara-negara di G7; termasuk Tiongkok. Semua negara ini harus berperan dalam membatasi kemampuan Iran untuk mendapatkan akses terhadap barang-barang yang mereka gunakan. membuat senjata," kata pejabat senior Departemen Keuangan Gedung Putih.

Sanksi Bisa Picu Harga Minyak Membara

Meski pembatasan ekspor minyak dapat memukul perekonomian Iran, akan tetapi apabila sanksi ini diberlakukan dalam jangka waktu yang lama maka pasar global akan mengalami lonjakan harga minyak mentah.

Meski pembatasan ekspor minyak dapat memukul perekonomian Iran, akan tetapi apabila sanksi ini diberlakukan dalam jangka waktu yang lama maka pasar global akan mengalami lonjakan harga minyak mentah yang berimbas negatif bagi ekonomi dunia.

“Para pengendara bersiap menghadapi kenaikan harga bahan bakar karena meningkatnya krisis di Timur Tengah yang mengancam harga minyak mendekati 100 dolar AS per barel,” ujar Simon Williams, juru bicara badan usaha penyedia BBM Inggris, RAC dikutip dari Telegraph.

Merespon isu kenaikan harga minyak, Pejabat tersebut juga mengatakan lonjakan harga minyak mentah terutama terjadi karena didorong oleh ketidakpastian geopolitik, bukan sanksi AS. Dia menyebut sanksi di masa lalu terbukti tidak menyebabkan kenaikan harga minyak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat