androidvodic.com

Rupiah Makin Loyo Tembus Rp16.000 per Dolar AS, Ekonom Ungkap Biang Keroknya - News

Laporan Wartawan News, Dennis Destryawan

News, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin ambruk hingga atas Rp 16.000 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memaparkan beberapa faktor penyebabnya, apa saja?

"Pertama, mengenai penguatan dolar di seluruh dunia karena ekspektasinya bank sentral AS akan menurunkan suku bunga tahun ini," ujar Satria saat dikonfirmasi Rabu (17/4/2024).

Namun, karena inflasi masih tinggi, The Fed memberikan sinyal bahwa belum tentu menurunkan suku bunga pada tahun ini. Bahkan, mulai diprediksi bisa menaikan suku bunga. Faktor selanjutnya disebabkan konflik di Timur Tengah.

Baca juga: Pelemahan Rupiah Hingga Tembus Rp16.000 per Dolar AS Bikin Untung Toyota? Ini Kata Wakil Dirut TMMIN

"Kedua, mengenai tensi geopolitik. Pembelian dolar kita yang paling besar kita migas kalau harga minyak naik pastinya akan berpengaruh terhadap permintaan dolar," terang Satria.

Kemudian, faktor ketiga dipengaruhi dari sisi domestik. Di bulan Mei dan Juni merupakan periode pembayaran utang luar negeri, sehingga akan meningkatkan kebutuhan dolar dalam negeri.

"Dolar menguat 1,5 persen dalam 1 bulan, rupiah kemarin saja melemah 2 persen dalam satu hari. Ini sebenarnya seasonal pattern biasa. Karena setiap tahun di bulan Mei, Juni, korporasi sudah mulai mengumpulkan dolar dari Maret-April, setelah Mei, Juni, rupiah akan stabil," imbuh Satria.

"Kalau kami prediksi bulan Mei-Juni seharusnya permintaan valas domestik kembali normal," terangnya.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah makin keok terhadap keperkasaan dollar. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun buka suara menanggapi kondisi ini.

Ditemui setelah menghadiri rapat dengan Presiden Jokowi di Istana, Perry bilang Bank Indonesia akan selalu berada di pasar untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

Di awal tahun, nilai tukar rupiah masih berada di angka Rp15.600. Pelemahan rupiah terjadi akibat berbagai peristiwa, mulai dari memanasnya geopolitik hingga potensi the fed akan menaikkan suku bunga acuan di semester 2 nanti.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat