androidvodic.com

Menko Airlangga Sebut Erick Thohir Tidak Bijaksana Minta BUMN Borong Dolar AS - News

Laporan Wartawan News, Nitis Hawaroh

News, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto berpendapat, keputusan membeli dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penguatan indeks dolar merupakan tindakan yang tidak bijaksana.

Hal tersebut juga sebagai respons dari pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir yang meminta perusahaan BUMN agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam waktu dekat.

"Kalau situasi dolar lagi menguat tentu tidak bijaksana untuk beli dolar di harga tinggi," kata Airlangga saat konferensi pers di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (18/4/2024).

Baca juga: Rupiah Mulai Perkasa, Erick Thohir Takutkan Utang BUMN Imbas Konflik Iran-Israel, Airlangga Santai

Menurut Airlangga, di tengah tren pelemahan rupiah saat ini sedianya pihak-pihak terkait perlu meredam kebutuhan terhadap dolar. Terlebih, pemerintah sendiri memiliki instrumen dalam bentuk devisa hasil ekspor (DHE).

"Pemerintah sendiri punya instrumen dalam bentuk devisa hasil ekspor yang kita ingin tanam di dalam negeri. Jadi dengan tools-tools yang ada sebetulnya relatif terkendali. Namun, kita meminta kalau impor konsumtif ya ditahan-tahan dulu dalam situasi seperti ini," terangnya.

Sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir meminta BUMN melakukan langkah cepat dalam meminimalisasi dampak global melalui peninjauan ulang ulang biaya operasional belanja modal, utang yang akan jatuh tempo, rencana aksi korporasi, serta melakukan uji stres dalam melihat kondisi BUMN dalam situasi terkini.

Erick meminta BUMN perbankan menjaga secara proporsional porsi kredit yang terdampak oleh volatilitas rupiah, suku bunga, dan harga minyak.

Erick menyebut BUMN yang terdampak pada bahan baku impor dan BUMN dengan porsi utang luar negeri (dalam dolar AS) yang besar seperti Pertamina, PLN, BUMN Farmasi, MIND ID, agar mengoptimalkan pembelian dolar AS dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

"Serta melakukan kajian sensitivitas terhadap pembayaran pokok dan atau bunga utang dalam dolar yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat," kata Erick dalam keterangannya.

Selain itu, sambung Erick, BUMN yang berorientasi pasar ekspor seperti Pertambangan MIND ID, perkebunan PTPN bisa memanfaatkan tren kenaikan harga ini untuk memitigasi tergerusnya neraca perdagangan.

Erick mengatakan BUMN yang memiliki utang luar negeri atau berencana menerbitkan instrumen dalam dolar AS agar mengkaji opsi hedging untuk meminimalisasi dampak fluktuasi kurs.

"Seluruh BUMN diharapkan dapat waspada dan awas dengan memantau situasi saat ini, mengingat kemungkinan terjadi kenaikan tingkat suku bunga dalam waktu dekat," pungkas Erick.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat