androidvodic.com

Tak Terima Kuota Mahasiswa Kedokteran Ditambah, Dokter di Korsel Mogok Kerja Hingga Batalkan Operasi - News

Laporan Wartawan News Namira Yunia Lestanti

News, SEOUL – Sebanyak 9.275 dokter junior di wilayah Korea Selatan (Korsel) kompak turun di jalanan kota untuk menggelar aksi mogok kerja.

“Ribuan dokter yang masih dalam peserta pelatihan telah meninggalkan tempat kerja mereka untuk melakukan protes mogok kerja. Jumlah itu meningkat tajam dari 1.600 orang pada hari sebelumnya ketika aksi buruh dimulai,” jelas Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan.

Melansir dari Al Jazeera, aksi mogok kerja ini terjadi pasca pemerintah Korea Selatan mengumumkan rencana untuk meningkatkan kuota mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran jadi 2.000 orang mulai tahun 2025.

Otoritas Kesehatan Korsel berdalih penambahan kuota dilakukan untuk mencegah terjadinya kekosongan staff medis, mengingat populasi dokter Korea Selatan saat menua dengan cepat.

Baca juga: IDI Kritisi Program Capres yang Ingin Buka 300 Fakultas Kedokteran: Sangat Berlebihan

Korsel merubahkan menjadi salah satu negara dengan rasio dokter per penduduk terendah di antara negara-negara maju lainnya.

Alasan tersebut yang mendorong Presiden Korsel Yoon Suk Yool Untuk menambah kuota dokter di negaranya. Namun pasca rencana ini diusulkan, para dokter di Korsel kompak melakukan penentangan.

Mereka menilai jumlah dokter di Korea Selatan tidak sebanding dengan jumlah penduduknya.

Apabila jumlah kota penerimaan sekolah kedokteran ditambah maka hal tersebut hanya akan memicu jumlah pengangguran.

Ketimbang melakukan penambahan kuota, kelompok dokter mengatakan pemerintah harus menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menaikkan biaya pengobatan dan menyelesaikan masalah lain terlebih dahulu.

Operasi Kanker Batal Dilakukan

Selain melakukan aksi mogok kerja ribuan dokter muda juga mengancam akan melakukan resign massal apabila otoritas pusat mengesahkan aturan untuk menambah kuota mahasiswa dokter di Korea Selatan.

“Sejumlah dokter magang dan dokter residen telah mengajukan resign. Rumah Sakit Severance di Seoul juga menyebut beberapa dokter pelatihan mengajukan surat pengunduran diri dan menyarankan agar mereka juga mengatur ulang jadwal operasi,” jelas manajemen Asan Medical Center di Seoul.

Imbas mogok kerja dan resign massal tersebut, lima rumah sakit umum terbesar di ibu kota Korea Selatan, Seoul, terpaksa mengurangi operasi dan prosedur medis.

“Pembedahan dikurangi setengahnya di Rumah Sakit Severance di pusat kota Seoul, sedangkan Rumah Sakit St Mary dan Pusat Medis Asan di selatan dan timur Seoul, masing-masing mengurangi kapasitas operasi mereka sebesar 30 persen,” ungkap laporan Kantor berita Yonhap.

Hong Jae-ryun, seorang pasien kanker otak berusia 50-an, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kemoterapinya telah ditunda tanpa tanggal yang jelas karena situasi saat ini, meskipun kanker telah menyebar ke paru-paru dan hatinya.

Sementara itu, surat kabar Hankyoreh mengatakan beberapa rumah sakit menunda operasi caesar bagi wanita hamil dan mengatakan kepada mereka bahwa anestesi epidural selama persalinan tidak akan tersedia.

Untuk mencegah terjadinya penangguhan operasi secara berkelanjutan, Perdana Menteri Han Duck-soo rencananya akan membuka unit gawat darurat rumah sakit militer untuk publik.

Kebijakan ini untuk mengantisipasi jika para dokter melakukan pemogokan massal.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat