androidvodic.com

Presiden Putin Terbang ke China Temui Xi Jinping, Bahas Strategi Baru Lawan AS - News

Laporan Wartawan News Namira Yunia Lestanti

News, BEIJING – Pekan ini Presiden Rusia Vladimir Putin akan mengunjungi Beijing untuk bertemu dengan Pemimpin China Xi Jinping dan akan menjadi perjalanan luar negeri pertama Putin sejak ia dilantik sebagai presiden kelima Rusia.

Menurut laporan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Tiongkok kunjungan tersebut kabarnya akan digelar Putin selama dua hari, mulai tanggal 16 hingga 17 Mei 2024.

Kunjungan kenegaraan ini diungkapkan saat Rusia dan China memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara.

“Putin akan tiba di Tiongkok, kunjungannya, yang dijadwalkan berlangsung pada 16-17 Mei. Mencerminkan kunjungan kenegaraan Xi ke Moskow lebih dari setahun yang lalu,” jelas ata Kemlu China, dikutip dari CNN International.

Tak dijelaskan secara spesifik maksud dan tujuan dari kunjungan kerja Putin ke China pekan ini, namun menurut informasi yang beredar agenda tatap muka ini digelar untuk membahas cara Rusia dan China melawan kekuatan Amerika Serikat yang kerap menjegal bisnis entitas China dan Rusia menggunakan sanksi.

"Presiden Xi Jinping akan bertukar pandangan dengan Presiden Putin mengenai hubungan bilateral, kerja sama di berbagai bidang, dan isu-isu internasional dan regional yang menjadi kepentingan bersama," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin dalam sebuah pengarahan.

Juru bicara Kremlin mengatakan kunjungan kerja Putin ke China juga akan membahas rencana kemitraan komprehensif. Serta hubungan bilateral dan kerjasama strategis di berbagai bidang.

Baca juga: Jelang Kunjungan Putin ke China, Presiden Rusia Bakal Bahas Konflik di Ukraina Bareng Xi Jinping

Persoalan Gaza juga diprediksi akan menjadi salah satu topik yang akan dibahas Putin dan Xi, sebagai bentuk dukungan China dan Rusia terhadap Palestina.

China dan Rusia Makin Mesra

Meski hubungan China-Rusia mendapat peringatan keras dari para pejabat AS, namun hal tersebut tak lantas membuat hubungan Rusia dan China merenggang. Keduanya justru makin harmonis,

China menegaskan hubungan tersebut tidak melanggar norma-norma internasional, dan Beijing memiliki hak prerogatif untuk berkolaborasi dengan negara manapun yang mereka pilih.

Beijing bahkan tak sungkan menunjukan dukungannya terhadap industri dan bisni Rusia.

Hal ini dibuktikan dengan data dari Bea Cukai China, yang menunjukkan perdagangan antara China dan Rusia telah meningkat pesat sejak invasi Ukraina dan mencapai 240 miliar dolar AS (Rp3.866 triliun) pada tahun 2023.

Baca juga: Filipina Siaga Tinggi, Kerahkan Kapal Perang Cegah China Bangun Pulau Baru di LCS

Rusia bahkan telah menjadi pemasok minyak mentah utama China, dengan pengiriman minyaknya ke Tiongkok melonjak lebih dari 24 persen pada tahun 2023 meskipun ada sanksi dari Barat.

“Rusia sangat penting bagi strategi besar Tiongkok, ada kepentingan besar untuk memastikan Rusia tidak kalah perang,” kata Manoj Kewalramani, yang mengepalai studi Indo-Pasifik di pusat penelitian Lembaga Takshashila di Bangalore.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat