androidvodic.com

Enam alasan mengapa lebih dari 1.000 jemaah haji meninggal di Mekah - News

Ibadah haji tahun ini diwarnai dengan tragedi. Setidaknya 1.081 jemaah dari berbagai negara meninggal dunia, menurut hitungan kantor berita AFP.

Dari jumlah itu, sebanyak 200 orang berasal dari Indonesia, berdasarkan data Kementerian Agama, pada Jumat (21/06).

Ibadah haji, yang melibatkan jutaan umat Islam dari berbagai negara, tahun ini secara resmi berakhir pada Rabu (26/06). Sehingga jumlah jemaah yang meninggal dunia kemungkinan masih akan bertambah.

BBC belum dapat memverifikasi secara independen jumlah korban tewas yang dilaporkan.

Pada 19 dan 20 Juni, BBC meminta pihak berwenang Saudi untuk mengomentari kematian tersebut dan kritik yang diterima penyelenggara, namun tidak menerima tanggapan resmi.

Kendati begitu, Kerajaan Arab Saudi melaporkan bahwa rencana kesehatannya untuk musim haji tahun ini berjalan sukses.

“Musim haji bebas dari wabah atau ancaman terhadap kesehatan masyarakat, meskipun jumlah jemaahnya besar dan tantangan yang ditimbulkan oleh suhu tinggi,” kata Menteri Kesehatan Saudi Fahad al-Jallayel dalam sebuah pernyataan.

Pihak berwenang Saudi mengatakan bahwa sekitar 1,83 juta jemaah mengambil bagian dalam ibadah haji tahun ini. Dari jumlah itu, sebanyak 1,6 juta jemaah datang dari luar negeri. Jemaah asing dalam jumlah besar mencakup warga Indonesia, Pakistan, Yordania, dan Tunisia.

BBC menyelisik enam faktor yang mungkin menyebabkan banyak jemaah meninggal dunia saat menunaikan ibadah haji tahun ini:

Panas ekstrem

Panas terik di Arab Saudi, dengan suhu hingga 51,8 derajat Celcius di tempat teduh, diyakini menjadi faktor utama di balik tingginya angka kematian.

Meskipun ada peringatan dari Kementerian Kesehatan Saudi agar para jemaah menghindari paparan panas dan tetap minum air putih, banyak jamaah yang menjadi korban sengatan panas.

Seorang diplomat Arab mengaitkan kematian ratusan jemaah asal Mesir dengan panas ekstrem. Banyak dari jemaah haji ini tidak memiliki izin haji dari pemerintah Saudi sehingga akses mereka terhadap bantuan menjadi terbatas.

“Hanya berkat rahmat Tuhan saya bisa selamat, cuacanya sangat panas,” kata Aisha Idris, seorang jemaah asal Nigeria, kepada Newsday BBC World Service.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat