androidvodic.com

Mitos dan stigma seputar vasektomi di Indonesia: Benarkah ‘hubungan seks jadi hambar' hingga 'berisiko kanker prostat’? - News

“Kalau laki-laki yang KB kasihan, nanti enggak nyaman, apalagi vasektomi pengaruh ke kesehatannya”.

“Perempuan aja yang berkorban”.

“Nanti kalau berhubungan seks itu rasanya jadi hambar, lho”.

“Hati-hati nanti kena kanker prostat”.

“Kata ustad, vasektomi dan tubektomi enggak boleh”.

Itu adalah komentar yang dihadapi oleh pasangan suami-istri yang sama-sama berusia 32 tahun, Gita Hermanda dan Panji Depitra.

Komentar itu datang dari tenaga kesehatan, keluarga, hingga warganet setelah mereka mengutarakan rencana untuk vasektomi.

Komentar-komentar itu membuat Gita geram. Sebagai perempuan yang menggunakan kontrasepsi IUD, Gita kerap merasa sakit dan tak nyaman. Berulang kali alat kontrasepsi itu bergeser dari rahimnya.

Suaminya, Panji, mengaku punya tekad kuat untuk vasektomi. Mereka berdua juga sudah sepakat untuk tidak mau memiliki anak lagi setelah dikaruniai seorang putri.

“Itu sudah jadi keputusan dari diri saya sendiri, bukan sebatas karena kasihan sama Gita, tapi saya sendiri juga tidak mau punya anak lagi. Kalau laki-laki bisa punya andil [untuk KB], kenapa enggak? Di dalam rumah tangga kan bukan cuma istri yang harus berkorban,” tutur Panji kepada BBC News Indonesia.

Tetapi keputusan Panji atas dirinya sendiri ternyata menuai rasa “kasihan” hingga kekhawatiran dari orang lain yang menurut Gita dan Panji, tidak berdasar.

“Kenapa sih kalau perempuan yang merasa sakit karena KB itu diwajarkan, tapi kalau laki-laki enggak boleh sakit?” tanya Gita.

“Kenapa yang dipikirkan itu selalu kenikmatan laki-laki dulu? Memangnya KB untuk perempuan enggak berdampak ke kesehatan?”

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat