androidvodic.com

Reformis Berharap Adanya 'Perubahan' dalam Pemilu Iran - News

Teheran, 28 Juni 2024 (AFP) - Sekitar 61 juta warga Iran berhak memberikan suara dalam pemilihan presiden yang diadakan pasca kematian presiden ultrakonservatif Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter bulan lalu.

Tidak ada kandidat reformis atau moderat yang disetujui untuk pemilihan presiden terakhir Iran tiga tahun lalu.

Namun tahun ini Dewan Wali, badan resmi yang memiliki wewenang memilih dan mengesahkan para kandidat, mengizinkan Masoud Pezeshkian, yang merupakan seorang reformis, untuk mencalonkan diri melawan kubu konservatif yang didominasi oleh ketua parlemen Mohammad Bagher Ghalibaf dan mantan perunding nuklir Saeed Jalili.

Pemungutan suara ini dilakukan di tengah ketegangan tinggi antara republik Islam ini dengan musuh bebuyutannya, Israel dan Amerika Serikat, seiring berkecamuknya perang Gaza..

Siapakah yang menjadi calon terdepan?

Dari 83,5 juta penduduk Iran, sekitar 61 juta di antaranya memenuhi syarat untuk memilih. Namun, survei terbaru menunjukkan bahwa lebih dari 30 juta orang - sekitar setengah dari jumlah pemilih - tidak ingin menggunakan hak pilihnya.

Penindasan politik, krisis ekonomi dan upaya reformasi yang gagal dalam beberapa dekade terakhir telah membuat mereka kecewa dengan rezim yang didominasi oleh para ulama.

Saeed Jalili, salah satu kontestan pemilu yang merupakan seorang mantan negosiator nuklir ultrakonservatif yang dikenal karena sikap anti-Baratnya yang tanpa kompromi. Ia dianggap sebagai kandidat dari kubu ultrakonservatif garis keras.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa meskipun Jalili pada awalnya unggul atas para pesaingnya, kandidat yang relatif moderat, Masoud Pezeshkian justru kini memimpin dalam pemilihan.

Pezeshkian adalah seorang ahli bedah jantung yang pernah menjabat sebagai menteri kesehatan Iran dari tahun 2001 hingga 2005 di bawah Presiden Mohammed Khatami, yang dikenal sebagai seorang tokoh reformis.

Pezeshkian juga mengasosiasikan dirinya dengan mantan pemerintahan Presiden Hassan Rouhani yang relatif moderat, yang mencapai kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara besar dunia.

Sebuah jajak pendapat baru-baru ini memproyeksikan bahwa Pezeshkian akan menerima 24,4% suara.

Tahun 2021 Pezeshkian sudah ingin mencalonkan diri sebagai presiden, namun saat itu Dewan Wali menolak pencalonannya.

Beberapa orang melihat keputusan panel untuk mengizinkannya mencalonkan diri sebagai presiden kali ini sebagai taktik untuk menarik lebih banyak orang untuk memberikan suara mereka, dalam upaya mendapatkan legitimasi untuk pemungutan suara.

Harapan baru sayap reformis

Pencalonan Pezeshkian, yang sampai saat ini relatif tidak dikenal, telah menghidupkan kembali harapan-harapan bagi sayap reformis Iran setelah bertahun-tahun didominasi oleh kubu konservatif dan ultrakonservatif.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat