androidvodic.com

Ini yang Bisa Dilakukan Orang Tua Jika Tertinggal Memberikan Imunisasi Dasar pada Anak - News

Laporan Wartawan News, Aisyah Nursyamsi

News, JAKARTA - Pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa waktu lalu membuat banyak kegiatan tertunda, termasuk pemberian imunisasi dasar pada anak di berbagai daerah di Indonesia.

Apa yang bisa dilakukan oleh orang tua jika jadwal imunisasi dasar anak tertinggal? Terkait hal ini, Dokter Spesialis Anak dr Arifianto Sp.A(K) beri penjelasan.

Jika anak tertinggal, maka orangtua bisa mengikuti program Imunisasi Kejar.

"Maka ada yang namanya Imunisasi Kejar atau Catch up Immunization. Semua yang tertinggal itu bisa dikejar dan harus dikejar," ungkapnya pada kanal YouTube Kementerian Kesehatan, Senin (27/5/2024).

Misalnya, pada imunisasi difteri, pertusis, tetanus (DPT), anak harus menerima empat dosis pada usia 18 bulan pertama.

"Katakanlah dia hanya dapat satu kali dosis tapi kemudian umurnya sudah keburu 2 tahun. Maka dia punya utang tiga dosis. Tidak ada masalah, datanglah ke puskesmas setempat," imbaunya.

Orang tua tidak perlu khawatir. Puskesmas sendiri sudah dibekali panduan menghadapi anak yang tertinggal jadwal imunisasi.

Bahkan beberapa pelayanan kesehatan ada yang melakukan upaya jemput bola untuk mendorong lengkapnya dosis imunisasi pada anak.

Lebih lanjut, ia dr Arifianto mengimbau orang tua untuk jangan ragu mengejar jadwal imunisasi yang tertinggal.

Segera kunjungi puskesmas atau layanan kesehatan setempat yang menyediakan imunisasi anak. Karena jika tidak, beberapa penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi, bakal bermunculan.

Baca juga: 1,8 Juta Anak Belum Dapat Imunisasi Sama Sekali, IBI: Bidan Desa Perlu Ditambah

"Saya sendiri yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah di DKI bisa dibilang sempat sampai sekitar hampir 5 tahun enggak ketemu sama sekali campak. Tapi begitu lewat Covid-19, jalan 2 tahun loh kok muncul lagi campak," kata dr Arifianto.

Bahkan, kasus campak yang ia hadapi tidak lah ringan. Ada kasus campak yang dirawat di rumah sakit dan mengalami komplikasi radang paru hingga radang selaput otak.

Baca juga: WHO: Imunisasi Selamatkan 154 Juta Nyawa Selama 50 Tahun Terakhir

"Kita jangan bicara masalah biaya deh. Masalah berat penyakitnya ini kan sangat mungkin menimbulkan kematian bagi anaknya. Yang (penyakit ini) bisa dicegah dengan vaksin yang gratis tidak berbayar," tegasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat