androidvodic.com

Seseorang Bisa Teledor di Dunia Maya Karena Konsekuensi Perbuatan Tidak Langsung Dirasakan - News

Laporan Wartawan News, Nurmulia Rekso Purnomo

News, JAKARTA - Walaupun sudah banyak kasus pengguna media sosial tersangkut masalah hukum tetapi tetap saja tidak membuat masyarakat media sosial lebih bijak menggunakannya.

Kasus terakhir adalah pengunggahan foto yang dilakukan Eko Prasetia melalui akun Facebooknya.

Karena foto tersebut, Pewarta Foto Indonesia (PFI) melaporkan Eko Prasetia ke Polda Metro Jaya.

Ia dilaporkan melanggar pasal 310 dan 311 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan pasal 2 ayat 3 Undang-Undang (UU) nomor 19 tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Menyikapi hal tersebut, pakar komunikasi Adi Sulhardi menyebut yang dilakukan Eko Prasetia adalah hal yang dilakukan banyak pegiat dunia maya.

Sebagian netizen kata dia akan berbuat lebih leluasa di dunia maya.

Hal tersebut dikarenakan konsekuensi dari tindakannya tidak langsung seperti di dunia nyata.

"Konsekuensi dari apa yang diutarakannya tidak langsung saat itu juga. Beda halnya dengan dunia nyata kalau nyindir orang bisa kena lempar batu saat itu juga," ujar Adi Sulhardi saat dihubungi News.

Hal itu juga yang membuat orang yang santun di dunia nyata bisa menjadi orang yang sangat tidak beradab di dunia maya.

Dalam komunikasi di dunia nyata, seseorang kerap diliputi rasa cemas karena mengkhawatirkan reaksi dari hal yang diutarakannya.

Di dunia medsos kecemasan itu berkurang karena konsekuensinya tidak langsung.

Dalam posisi seperti itu, seseorang bisa saja mengunggah sesuatu di akun medsosnya, tanpa mempertimbangkan konsekuensinya terlebih dahulu.

Sama seperti yang dilakukan Eko Prasetia, mengunggah foto dengan informasi yang tidak akurat, serta menyudutkan pihak tertentu.

"Karena itu setiap beraktivitas di dunia maya, harus selalu hati-hati," katanya, Rabu (11/1/2017).

Aksi seseorang yang lupa akan konsekuensi dari apa yang ia lakukan di dunia maya itu semakin menjadi, ketika sang pelaku terjangkit fanatisme terhadap kelompok tertentu, termasuk fanatisme politik.

Sehingga aktivitas lawan politiknya di dunia maya akan ditanggapi dengan cara yang berlebihan.

"Itu yang disebut sebagai ingroup bias, yaitu kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri yang merupakan refleksi perasaan tidak suka kepada orang di luar grupnya," kata Adi Sulhardi.

"Hal ini terjadi karena perasaan fanatisme atau loyalitas pada kelompoknya pada umumnya akan menyebabkan devaluasi kelompok lain," tambahnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat