androidvodic.com

Kendaraan Berbahan Bakar Bensin Sumbang 57 Persen Polusi Udara di Ibu Kota - News

Laporan Wartawan News, Danang Triatmojo

News, JAKARTA - Polusi udara Ibu Kota Jakarta jauh lebih terkendali saat pemberlakukan PPKM, dibanding sekarang usai aktivitas masyarakat meningkat termasuk penggunaan transportasi berbahan bakar minyak. 

Peneliti Alpha Research and Datacenter, Ferdy Hasiman mengatakan kualitas udara di DKI Jakarta jauh lebih berkualitas saat masa pandemi di mana adanya pembatasan kegiatan. 

Kala itu, kualitas udara di Jakarta di angka 29,41 mg/Nm3 pada tahun 2020 sebagaimana Index Standar Pemcemaran Udara (ISPU) Dinas Lingkungan Hidup DKI. 

"Selama masa pandemi COVID-19 di mana dilakukan pembatasan kegiatan, terlihat bahwa kualitas udara di Jakarta menjadi lebih baik," ungkap Ferdy, Minggu (13/8/2023).

Angka ini kemudian meningkat sebesar 155 persen atau mencapai angka 75 mg/Nm3 di tahun 2022 saat pembatasan kegiatan masyarakat berangsur dilonggarkan.

Sumber polusi terbesar, terang dia, dihasilkan oleh kendaraan berbahan bakar bensin dan solar yang menyumbang sebesar 57 persen polusi

“Meskipun belum dapat ditentukan proporsi dari kendaraan di jalan raya dan dari emisi off-road,” katanya. 

Baca juga: Cara Instan Kurangi Polusi Udara di Jakarta, Dirjen KLHK: Yang Paling Efektif Adalah Hujan

Menurutnya, sumber utama non-kendaraan menyumbang 17-46 persen termasuk kontribusi dari sumber antropogenik seperti pembakaran terbuka, kegiatan konstruksi (non-pembakaran) dan debu jalan, juga sumber alam seperti tanah dan garam laut.

Sektor transportasi di Indonesia menjadi salah satu penghasil emisi terbesar. Tahun 2020 emisi mencapai 280 juta ton CO2e. Ia pun menjelaskan emisi yang dihasilkan kendaraan listrik dan kendaraan BBM.

“Hitungannya begini 1 liter BBM sama dengan 1,2 kWh listrik. Emisi karbon 1 liter BBM adalah 2,4 kg Co2e. Sementara, emisi karbon 1,2 kWh listrik adalah 1,3 kg Co2e,” jelas Ferdy.

Menurutnya kendaraan listrik jadi solusi untuk mengatasi polusi di Jakarta. Trend global yang mengarah ke mobil listrik dipandang masuk akal, lantaran dunia sekarang sedang gencar berkampanye soal transisi energi. 

“Dengan transisi energi, kendaraan listrik akan memiliki peran penting dalam mengurangi emisi dan lebih bersih,” ujar Ferdy.

Ia mengatakan, kampanye penggunaan kendaraan listrik sebenarnya sudah dilakukan pemerintah di negeri-negara maju, seperti Amerika Serikat, Eropa dan Cina yang mulai melakukan transisi energi.

“Di sektor otomotif, mereka sudah mulai meninggalkan kendaraan berbasis fosil menuju kendaraan listrik yang ramah lingkungan. Sektor transportasi menjadi salah satu penghasil emisi besar, sehingga beralih ke kendaraan ramah lingkungan adalah solusi terbaik,” tutur dia.

Jika menggunakan kendaraan listrik, kata Ferdy, sama dengan mengurangi hampir 50 persen emisi karbon. Jika tak melakukan apa-apa pada saat ini, diperkirakan emisi karbon pada tahun 2060 mencapai 860 Juta ton CO2e per tahun. Satu-satunya cara menurunkan emisi di sektor transportasi adalah dengan mendorong peralihan kendaraan BBM ke listrik. 

“Ini merupakan komitmen untuk mengubah dari yang dulunya kotor, menjadi sangat bersih,” pungkas Ferdy.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat