androidvodic.com

Buya Muhammad Pernah Jadi Haji Backpacker, Kuli Angkut Koper Jemaah Haji - News

News, MAKKAH - Ketua Mutasyar PBNU Buya Husein Muhamad mendapati perubahan luar biasa saat kembali menginjakkan kaki di Tanah Haram untuk menunaikan ibadah haji 1444 Hijriah ini.

Dia melihat banyak perubahan pada Kota Makkah dan sekitarnya. Hal itu membuatnya mengingat ingat kembali saat masih menjadi mahasiswa di tahun 1981, menjadi haji backpaker.

Yakni ketika dia tinggal berpindah pindah, tidur beralas apa adanya, sampai menumpang di rumah milik para ulama Arab Saudi selama tiga tahun.

Ulama karismatik asal Cirebon Jawa Barat kelahiran 9 Mei 1953 ini adalah jebolan mahasiswa Al Azhar Kairo. Sambil menimba ilmu, mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini memutuskan ke Arab Saudi untuk mencari tambahan, sekaigus menunaikan ibadah haji.

Saat itu, kenang Buya Muhammad, tradisi para mahasiswa di luar negeri adalah mencari rejeki di bulan Ramadan hingga pelaksanan ibadah haji selesai untuk menambah biaya kuliah.

Ada yang pergi ke beberapa negara Eropa, sementara ia memilih ke Tanah Suci. Menumpang kapal laut melewati terusan suez untuk bisa ke Jeddah sebelum menuju ke kota Makkah.

"(tidur) menumpang dengan para mukimin.Tidur di Jabal Qubais di atas Masjidil Haram," Buya Muhammad Mengawali cerita.

Jabal Abu Qubais atau Jabal Qubais yang dimaksud adalah gunung atau bukit yang terletak di sebelah timur Makkah, dekat Masjidil Haram.

Baca juga: Kebijakan Baru Musim Haji 2024, Negara yang Lebih Cepat Ajukan Kontrak Dapat Masyair Terdekat

Kerap disebut bukit kepercayaan atau Jabal al-Amin, tempat Allah SWT menyelamatkan Hajar Aswad saat banjir melanda pada masa Nabi Nuh AS.

Tinggal di Jabal Qubais, Buya Muhammad mengaku, saat itu berkali kali dapat mencium Hajar Aswad. "Karena ketika itu masih kosong sekali sehingga bisa berkali kali mencium Hajar Aswad. Karena masih kosong sekali saat itu,"katanya.

Saat itu pula, Buya Muhammad mengenang ramainya Pasar Seng di kota Makkah. Dulu, Pasar Seng berada dekat dengan tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW, tempat para penjual menjajakan pernak pernik, khas kota Makkah.

Baca juga: 3 Hari Tasyrik di Armuzna, Jumlah Jemaah Haji Wafat 50 Orang

Kini, Pasar Seng sudah tidak ada lagi. Saat itu, Pasar Seng dikenal sebagai pasar rakyat, sangat tradisional," ujar Buya.

Selama tiga tahun lamanya Buya berada di kota Makkah. Berbagai pekerjaan pernah ia lakoni untuk mencari yang tambahan biaya kuliah.

"Pernah jadi tukang foto. Pernah mengurusi para jemaah haji yang menginap di rumah rumah orang Arab, atau rumah para syech. Masih sangat sederhana AC (pendingin ruangan) juga tidak ada," tuturnya.

Saat menunaikan ibadah haji, Buya Muhammad melanjutkan ceritanya lagi, dalam kurun waktu tiga tahun dengan bekal seadanya, ia menjadi haji backpaker menuju Arafah dan Mina.

"Berangkat (haji) ke Mina dulu baru Arafah. Ikut kendaraan yang berangkat kesana. Kemudian jalan kaki, backpackeran lah. Ketika itu, para jemaah haji tidak ada yang pakai koper, tapi karung. Dan saya menjadi kuli para jemaah haji saat itu," kata Buya yang selama menjadi mahasiswa di Kairo banyak berguru dengan para ulama Al Azhar.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat