androidvodic.com

Adopsi Teknologi AI Meluas, OECD Peringatkan Pekerja Global Untuk Bersiap Hadapi PHK Massal - News

Laporan Wartawan News, Namira Yunia Lestanti

News, CALIFORNIA – Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan para pekerja global di negara maju dan berkembang untuk bersiap menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Peringatan tersebut dilontarkan OECD usai sejumlah perusahaan dunia kepincut untuk mengadopsi kecanggihan teknologi Artificial Intelligence (AI) ketimbang melakukan rekrutmen karyawan.

“Akselerasi perkembangan dan alat terkait AI generatif baru-baru ini menandai titik balik teknologi dengan implikasi material di banyak tempat kerja,” ucap Sekretaris Jenderal OECD Mathias Cormann.

Baca juga: Microsoft Umumkan Gelombang Baru PHK, Sasar 276 Karyawan di Divisi Layanan dan Penjualan

Kendati kehadiran AI generatif masih banyak ketidakpastian, namun para perusahaan memandang AI sebagai salah satu potensi sumber daya masa depan yang memberikan efek makroekonomi paling besar.

Ini lantaran AI generatif dapat mengoptimalkan alur kerja bisnis, mengotomatisasi tugas-tugas rutin seperti pengolahan data, analisis data, dan monitoring sistem, serta melahirkan generasi baru aplikasi bisnis.

Tak hanya itu AI juga diklaim mampu meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan dengan biaya operasional AI yang jauh lebih murah ketimbang menggunakan sumber daya manusia.

Alasan ini yang kemudian membuat beberapa perusahaan berbondong – bondong mengadopsi kecanggihan teknologi seperti Chat GPT.

Baca juga: Roatex Toll System Rombak Manajemen, 20 Karyawan Terkena PHK

Meski kemunculan teknologi AI berpotensi mendorong kemajuan teknologi yang massif di berbagai industri. Namun sayangnya kemunculan AI ini memicu adanya gelombang PHK lanjutan di industri teknologi. OECD mencatat setidaknya ada 27 persen tenaga kerja yang akan kehilangan pekerjaan di tahun ini karena AI.

“ Kehadiran AI yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan lantaran kecanggihan AI dapat menjalankan 100 ketrampilan sekaligus. Akibatnya, pekerjaan bergaji tinggi yang membutuhkan pendidikan tinggi bisa menjadi yang paling menderita,” jelas Cormann.

Senada dengan OECD, ekonom David Autor yang sempat melakukan studi terkait adopsi AI menjelaskan bahwa 60 persen pekerja akan menghadapi badai PHK secara besar-besaran.

Baca juga: Xiaomi India akan PHK Ratusan Karyawan

Meskipun tidak semua divisi dapat digantikan dengan teknologi AI, namun dengan menyematkan teknologi model AI pada sistem Reinforcement Learning from Human Feedback (RLHF) pekerjaan tertentu dengan mudah dapat diotomatisasi oleh teknologi AI.

Diantaranya seperti menulis teks, menerjemahkan bahasa, menggambar hingga melakukan percakapan seperti manusia dengan berbagai topik. Lebih lanjut guna mencegah bertambahnya angka pengangguran akibat AI, OECD mengimbau pemerintah untuk mempersiapkan pekerja agar dapat menghadapi perubahan dan memanfaatkan peluang yang akan dihasilkan oleh AI.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat