Asosiasi Petani Soroti Aturan Turunan UU Kesehatan, Ingatkan Kontribusi Industri Tembakau ke Negara - News
Laporan Wartawan Tribunnews, Seno Tri Sulistiyono
News, JAKARTA - Pelaku industri hasil tembakau meminta pemerintah menelaah secara menyeluruh dampak isi Peraturan Pemerintah (PP) tentang produk tembakau sebagai aturan turunan Undang-Undang (UU) Kesehatan.
Hal ini berkaitan dengan banyaknya wacana larangan terhadap produk tembakau, mulai dari larangan penjualan rokok secara eceran, larangan iklan produk tembakau di tempat penjualan, ruang publik, dan internet hingga dorongan untuk alih tanam yang terdapat dalam draft regulasi tersebut.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Cengkih Indonesia (APCI), I Ketut Budhyman Mudara, mengatakan, ketika UU Kesehatan masih berbentuk draft dan belum disahkan DPR, publik sempat dikagetkan dengan pasal yang menyetarakan produk tembakau dengan narkotika. Setelah mendapat masukan dari banyak pihak, pasal tersebut akhirnya dihapus.
Ketut melanjutkan, hal yang sama kini terjadi saat penyusunan aturan turunannya meskipun dengan narasi yang berbeda.
Ia menyebut, meski tidak disetarakan lagi dengan narkotika, sejumlah wacana larangan terhadap produk tembakau di draft aturan turunan UU Kesehatan ini adalah bentuk baru untuk memposisikan produk tembakau seolah produk terlarang.
“Padahal, di UU Kesehatan sebagai payung hukumnya tidak melarang penjualan dan promosi produk tembakau,” papar Ketut ditulis Rabu (20/9/2023).
Ia menambahkan di luar rezim kesehatan, sebenarnya pemerintah memiliki kepentingan yang sangat besar terhadap eksistensi industri hasil tembakau. Sebab, industri ini memiliki kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara dan dalam penyerapan tenaga kerja.
Baca juga: Kemenkes Diminta Libatkan Ekosistem Tembakau pada Penyusunan Aturan Turunan UU Kesehatan
“Ada 1,5 juta petani cengkih, ada pedagang rokok eceran, dan pekerja pabrik. Itu kan diperkirakan ada jutaan orang yang terlibat di industri ini,” terangnya.
Di kesempatan berbeda, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jawa Timur, K. Mudi, menyatakan, ketika membicarakan tentang harmonisasi regulasi, semestinya tidak boleh ada pertentangan antara bunyi peraturan dalam UU dengan peraturan pelaksananya, termasuk PP.
Baca juga: Penerimaan Cukai Hasil Tembakau di Jawa Timur II Rp 35,5 Triliun, Paling Besar Disumbang Kediri
“Tugas kami belum berakhir karena isunya kan harmonisasi aturan ini. Artinya konsentrasi kita juga akan ke sana lagi. Supaya harmonisasi PP 109/2012 itu jangan dilakukan perubahan. Cukup dengan PP itu saja lah, tinggal diberlakukan secara efektif,” pungkasnya.
Terkini Lainnya
Pelaku industri hasil tembakau meminta pemerintah menelaah secara menyeluruh dampak isi Peraturan Pemerintah (PP) tentang produk tembakau.
Dana Cekak, Pembangunan IKN Era Prabowo Diyakini Bakal Nanggung: Hidup Segan Mati Tak Mau
BERITA REKOMENDASI
Terkait UU Kesehatan, Anies: Ada Empat Hal yang Harus Ditingkatkan
BERITA TERKINI
berita POPULER
Investor Kripto Tembus 19 Juta, Ini Tips Hindari Perangkap Overtrading
Betah di Zona Hijau, IHSG Sesi I Ditutup Menguat ke 7.240
Budi Arie Belum Tunjuk Pengganti Semuel Abrijani yang Mengundurkan Diri Usai PDN Diserang Ransomware
Produk China Banjiri RI Bakal Kena Bea Masuk 200 Persen, Ini Respons Pengusaha dan Peringatan Ekonom
Jadwal Kereta Panoramic Juli 2024, Cek Rute dan Waktu Keberangkatan Khusus Periode Liburan