androidvodic.com

Inflasi AS Jadi Biang Kerok Pasar Obligasi Melemah Pada April - News

Laporan wartawan News, Endrapta Pramudhiaz

News, JAKARTA - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) membeberkan alasan pasar obligasi melamah pada bulan April 2024.

Diketahui, pada April, indeks pasar obligasi Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mengalami pelemahan sebesar 0,33 persen year-to-date (YTD) ke level 373,4.

Portfolio Manager, Fixed Income MAMI Laras Febriany mengatakan, pemicu utama adalah data inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi.

Baca juga: Anak Usaha Delta Dunia Rampungkan Penerbitan Obligasi Senilai Rp 636 Miliar

Inflasi umum AS disebut cenderung meningkat di periode Januari hingga Maret 2024.

Imbasnya, The Fed mengindikasikan masih butuh waktu lebih lama untuk lebih yakin lagi bahwa inflasi domestiknya sudah benar-benar dalam tren penurunan, sebelum melakukan pemangkasan.

Laras bilang, kondisi ini sempat meningkatkan volatilitas di pasar saham, obligasi, dan mata uang secara global, Asia, hingga Indonesia.

"Yang kemudian mendorong pasar untuk menyesuaikan kembali ekspektasinya terkait suku bunga," katanya dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (26/5/2024).

Namun, Laras mengatakan, ada kabar baik dari Ketua The Fed.

Ketua The Fed mengemukakan, walaupun suku bunga belum akan turun secepat ekspektasi pasar sebelumnya, potensi kenaikan lebih lanjut sangat kecil.

Sehingga, langkah berikutnya ke depan adalah pemotongan suku bunga.

Baca juga: Anak Usaha Delta Dunia Tawarkan Obligasi Rp 1,5 Triliun

"Hal ini dapat dipahami karena sebenarnya mayoritas komponen inflasi AS telah mereda, kecuali komponen shelter dan transportasi yang memang masih cukup tinggi," ujar Laras.

Menanggapi situasi seperti sekarang ini, ia mengatakan MAMI masih melihat potensi yang menarik di pasar obligasi, didukung oleh adanya potensi pemangkasan suku bunga.

Namun, memang perlu dicermati dalam jangka pendek volatilitas masih dapat terjadi karena faktor ketidakpastian suku bunga The Fed.

"Oleh karena itu, kami selalu mengelola portofolio secara aktif, bergerak dinamis antara defensif dan agresif untuk membentuk portofolio yang optimal," tutur LARAS.

Strategi portofolio akan disesuaikan berdasarkan tinjauan makroekonomi terkini.

Serta, fokus pada manajemen durasi, kas, dan pemilihan efek untuk membentuk portofolio yang dapat bergerak dengan lincah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat