androidvodic.com

Menghitung penghancuran masjid dan gereja bersejarah di Gaza - News

Gaza adalah rumah bagi sejumlah masjid dan gereja tertua di muka bumi. Tetapi sebagian besar dari tempat bersejarah ini luluh lantak akibat serangan militer Israel.

BBC World Service telah memverifikasi sejumkah situs keagamaan yang rusak atau sepenuhnya hancur sejak perang dimulai Oktober 2023 silam.

Kami menggunakan laporan media setempat, petunjuk-petunjuk dari media sosial, dan foto-foto satelit untuk menghitung 117 rumah ibadah yang dilaporkan rusak atau hancur antara 7 Oktober dan 31 Desember 2023.

Dari situ, kami telah memverifikasi kehancuran atau kerusakan pada 72 masjid dan dua gereja – walaupun angka dari Hamas menyebut jumlah yang jauh lebih besar.

Melakukan verifikasi kerusakan situs-situs yang sudah kami catat tidaklah mudah. Foto-foto satelit hanya memperlihatkan gedung-gedung ibadah yang sepenuhnya rusak alih-alih rusak sebagian. Dalam beberapa kasus, temuan kami kurang lengkap karena minimnya bukti.

Dalam pernyataan Hamas, kelompok itu mengatakan 378 masjid dan tiga gereja sudah digempur sejak perang pecah. Menurut Hamas, walaupun “ini bukanlah yang pertama kali Israel menargetkan masjid-masjid dengan serangan bom dan penghancuran”, serangan terbaru ini “adalah yang paling brutal”.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) bersikeras milisi Hamas menggunakan rumah-rumah ibadah sebagai tempat persembunyian dan markas untuk melancarkan serangan.

‘Langsung musnah’

Gereja St Porphyrius diyakini sebagai salah satu gereja paling tua di dunia. Gereja tersebut adalah satu dari sedikit gereja di sekitar Jalur Gaza. Sebagian besar pemeluk agama Kristen di Gaza – terhitung sekitar 1.000 jiwa sebelum perang berlangsung – memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan gereja.

St Porphyrius adalah nama dari seorang uskup abad ke-5 – makamnya ada di bawah gereja.

Seperti kebanyakan orang Kristen Palestina, Marian Saba dan keluarganya mencari perlindungan di dalam gereja selama perang berlangsung. Mereka percaya di bawah lindungan gereja mereka akan aman.

Namun, pada 19 Oktober, sebuah misil Israel menghantam salah satu bagian gedung gereja di tengah gelapnya malam. Jumlah yang tewas mencapai 18 orang dan banyak lagi yang luka-luka.

Soliman, kakak ipar Marian yang berusia 34 tahun, meregang nyawa saat melindungi putranya dari dinding yang roboh.

“Sungguh mengerikan. Seumur-umur baru kali ini saya melihat mayat. Saya tidak tahu harus berkata apa,” ujarnya. “Dia langsung mati.”

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat