androidvodic.com

ITB tawarkan bayar kuliah pakai pinjol - Kenapa dikritik dan apa akibatnya? - News

Kebijakan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyediakan skema pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) berupa cicilan plus bunga melalui platform pinjaman online (pinjol) Danacita, disebut pengamat pendidikan merupakan bentuk "pemerasan".

Menurut Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPR) Ubaid Matraji, skema ini berpotensi menjerat mahasiswa dalam lilitan utang yang ketika gagal bayar dapat berujung pada praktik intimidasi.

"Orang yang jelas-jelas tidak mampu itu punya hak dibantu, tapi ini tidak. Dibikin celah pinjol supaya mereka secara sistemik terbelit utang dan tidak bisa bayar, apalagi ada intimidasi. Itu seni pemerasan,” kata Ubaid kepada wartawan BBC News Indonesia, Jumat (26/01).

Senada dengan itu, seorang mahasiswa ITB yang tidak mau disebutkan namanya mengaku kini terancam tidak bisa menuntaskan studinya. "Nggak bisa bayar, ya nggak bisa kuliah," katanya.

Kerja sama ITB dan Danacita menjadi perbincangan di media sosial setelah akun @ITBfess mengunggah cuitan kritik atas skema pinjol itu di aplikasi X, dulu bernama Twitter.

Akun itu mengkritik skema pinjol dalam dunia pendidikan karena memiliki bunga yang disebut besar. Kebijakan UKT ITB juga disebut ‘mencekik’ mahasiwa.

Kepala Biro Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB, Naomi Haswanto, menolak tudingan yang diungkapkan oleh Ubaid Matraji.

“Apakah Pak Ubaid sudah membaca atau membuka platform Danacita? Di sana ada PTN dan PTS lain yang bekerja sama dengan lembaga tersebut,” katanya.

Selain itu, Naomi menambahkan, sistem tersebut menguntungkan mahasiwa karena mendapat kemudahan dalam membayar uang kuliah sesuai dengan kemampuan.

'Nggak bisa bayar, ya nggak bisa kuliah'

Budi – bukan nama sebenarnya – adalah salah satu mahasiswa semester akhir di ITB yang memiliki tunggakan UKT. Tak tanggung-tanggung, nilainya mencapai puluhan juta rupiah.

Kini dia terancam tak bisa menuntaskan studinya.

"Sekarang saya lagi menunggu keputusan pihak kampus untuk mendapat kepastian apakah bisa lanjut..." paparnya kepada BBC News Indonesia, Jumat (26/12).

Mahasiswa ITB ini bercerita keputusan masuk ke universitas tersebut "agak nekat" lantaran kondisi finansial keluarganya tidak terlalu mapan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat