androidvodic.com

Banjir dan longsor di Sumbar ungkap praktik 'deforestasi yang makin luas di Taman Nasional Kerinci Seblat' - News

Bencana banjir dan longsor yang menewaskan puluhan orang di Sumatra Barat mengungkap praktik "deforestasi yang makin luas dan terakumulasi selama bertahun-tahun di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)".

Berdasarkan pantauan dan analisis terbaru citra satelit dari LSM Walhi Sumbar pada Agustus sampai Oktober 2023, indikasi pembukaan lahan untuk penebangan liar terjadi di Nagari Padang Air Dingin, Kabupaten Solok Selatan, seluas 50 hektare.

Temuan serupa juga berlangsung di Nagari Sindang Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan, seluas 16 hektare.

Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi, mengakui adanya penebangan liar di kawasan TNKS. Ia mengeklaim pihaknya telah melakukan upaya penegakan hukum serta operasi pengamanan hutan.

Korban jiwa terus bertambah

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban bencana banjir dan longsor yang melanda belasan wilayah kabupaten/kota di Sumatra Barat bertambah menjadi 32 orang pada Senin (11/03).

Rinciannya adalah 23 orang meninggal dunia dan enam orang dalam pencarian di Pesisir Selatan, kemudian tiga orang lainnya meninggal di Kabupaten Padang Pariaman.

Hingga saat ini dari 12 kabupaten/kota terdampak, sudah ada lima daerah yang menetapkan status tanggap darurat di antaranya Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kepulauan Mentawai.

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto mengatakan Kabupaten Pesisir Selatan menjadi titik terparah bencana banjir dan longsor yang terjadi pada Kamis (07/03).

Dalam tinjauan BNPB, salah satu jalan terputus akibat tergerus banjir.

Suharyanto juga berkata, pemerintah akan segera merelokasi rumah warga yang berada di Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.

Adapun soal lokasi baru masih menunggu pengurusan perizinan dari Pemprov Sumbar.

"Bapak dan ibu, nanti semua yang rumahnya rusak di sini akan kita relokasi. Karena di sini sudah tidak mungkin lagi dibangun rumah," ujar Suharyanto ketika berdialog dengan warga yang rumahnya rusak berat akibat terbawa arus banjir.

"Segera disiapkan dan diurus izin lahannya. Ketika sudah ada lahannya nanti kita bisa segera bangun untuk relokasi. Bisa dibangun oleh PUPR atau BNPB tinggal mekanismenya saja seperti apa nanti," jelasnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat