androidvodic.com

Hotline pencegahan bunuh diri ‘belum memadai’ dan rentan ‘bikin kapok’ – ‘Masa orang mau bunuh diri dijawab jutek’ - News

Ketersediaan layanan hotline pencegahan bunuh diri di Indonesia dinilai “masih belum memadai”, kata peneliti dan relawan yang bergerak di isu ini.

Kementerian Kesehatan menyatakan akan “terus berbenah” untuk menghadirkan layanan yang lebih baik.

Sejauh ini, pemerintah Indonesia menyediakan hotline pencegahan bunuh diri melalui layanan SEJIWA pada nomor 119 ext 8. Namun para penyintas yang pernah mencoba menghubungi nomor itu mengaku tidak dapat tersambung atau tidak mendapat respons yang diharapkan.

Sejumlah inisiatif swadaya menghadirkan hotline serupa karena “ada kebutuhan” ruang aman bagi mereka yang berpikiran untuk bunuh diri. Salah satunya dilakukan oleh BISA Helpline. Akan tetapi mereka mengakui bahwa layanan yang sanggup mereka sediakan terbatas.

Peneliti kesehatan mental dari Black Dog Institute Australia, Sandersan Onie, mengatakan bahwa hotline penting meski belum benar-benar teruji efektif mencegah bunuh diri.

Dia juga khawatir hotline yang tersedia “setengah-setengah” justru akan membuat orang-orang kecewa dan kapok mencari pertolongan.

“Orang dalam situasi krisis bisa saja berpikir, ‘Saya akan mencoba sekali nih’, dan mereka akan telepon dan ternyata yang menjawab adalah voicemail bahwa nomor itu tidak tersambung,” kata Sandy, sapaan akrabnya.

“Orang yang punya pengalaman buruk mencari bantuan, itu ke depannya akan sulit sekali diyakinkan untuk mencari bantuan. Jadi kapok,” sambungnya.

Itulah yang dialami dua mahasiswi bernama Karina dan Rara (bukan nama sebenarnya).

Peringatan: Artikel ini memuat konten terkait bunuh diri

Suatu hari pada 2021 lalu, ketika dunia dilanda pandemi, Karina merasa berada dalam titik terendah dalam hidupnya.

Perempuan yang kini berusia 19 tahun itu hanya bisa meringkuk di ranjang sambil menangis sesenggukan. Di pikirannya terlintas keinginan untuk mengakhiri hidup.

Karina tinggal hanya berdua dengan ibunya di Depok, Jawa Barat. Kondisi ekonomi keluarga mereka saat itu sedang tidak baik-baik saja. Ditambah lagi, Karina yang kala itu masih duduk di bangku SMA mengaku begitu cemas akan masa depannya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat