androidvodic.com

SBY Singgung Cawe-cawe Jokowi hingga Sebut Upaya Penjegalan Anies Baswedan Dalam Buku Terbarunya - News

Laporan Reporter News, Rizki Sandi Saputra

News, JAKARTA - Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merilis buku barunya berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe Presiden Jokowi, The President Can Do No Wrong.

Dalam buku setebal 27 halaman itu, SBY menyinggung soal cawe-cawe yang sudah diakui oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam pilpres 2024 mendatang.

SBY menyatakan, sejatinya cawe-cawe yang dilakukan Jokowi merupakan hal yang sah-sah saja selagi dampaknya bernilai positif.

"Pendapat saya, sah-sah saja Presiden Jokowi mengatakan atau berbuat begitu. Apalagi kalau cawe-cawe yang beliau lakukan adalah cawe-cawe yang baik, yang positif. Saya pikir kita tidak boleh serta merta mengatakan bahwa apa yang dilakukan Pak Jokowi itu tidak baik atau salah. Itu pendapat saya," kata SBY dalam bukunya yang ditulis di halaman 7, dikutip Senin (26/6/2023).

Lebih lanjut, kata SBY, meski dirinya memiliki pandangan yang berbeda dengan secara fundamental dengan Jokowi.

Namun, dia menyadari tidak bisa menilai kalau Jokowi melakukan hal yang tidak baik.

Baca juga: SBY Luncurkan Buku Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe Presiden Jokowi, 5 Poin Terkait Pemilu Jadi Sorotan 

SBY lantas menyinggung soal sikap dirinya dalam pilpres 2014 silam, dimana dia waktu itu tidak terlibat apapun sebagai mantan Presiden dalam penentuan pasangan capres-cawapres.

Jokowi turut bertanding dalam pilpres saat itu yang berdampingan bersama Jusuf Kalla bersaing dengan Prabowo-Hatta Rajasa.

"Saya menghormati pilihan beliau (Jokowi). Untuk diingat memang pada Pilpres 2014 dulu saya memilih bersikap netral," ucap dia.

Baca juga: Panda Nababan Sebut Mega Punya Pertanyaan yang Jadi Syarat Damai dengan SBY

Meski demikian, SBY mengingatkan kepada Presiden Jokowi untuk berhati-hati dalam memilih sikap cawe-cawe meski alasannya untuk kepentingan demokrasi.

Sebab kata dia, cawe-cawe dari Jokowi terhadap Pemilu 2024 mendatang potensi membuat bias dan memiliki dampak pada kepentingan nasional.

"Kepentingan nasional tidaklah sama dengan kepentingan politik seseorang presiden atau kepentingan politik sebuah parpol atau pihak manapun," ucap SBY.

Dalam fokus selanjutnya, SBY menyatakan kalau Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya menghendaki dua pasangan capres-cawapres bukan tiga ataupun empat pasangan.

Baca juga: Panda Ungkap 5 Pertanyaan Megawati yang Belum Dijawab SBY Sampai Hari Ini

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat