androidvodic.com

Kepala BKKBN: Stunting Harus Ditekan dari Hulu ke Hilir - News

Laporan Wartawan News, Aisyah Nursyamsi

News, JAKARTA - Jumlah kasus stunting di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 27,67%. Angka itu berhasil ditekan dari 37,8% di tahun 2013. 

Meski demikian, angka stunting ini dianggap masih tinggi. Hal ini jika berpacu pada toleransi maksimal stunting yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yaitu kurang dari 20%. 

Bahkan hingga akhir tahun 2020, status Indonesia masih berada di urutan 4 dunia dan urutan ke-2 di Asia Tenggara terkait kasus balita stunting

Kondisi stunting atau gagal tumbuh pada anak sangat berkaitan pada gizi penduduk yang buruk dalam periode cukup panjang. 

Baca juga: Pembangunan Berbasis IDM Percepatan Penyelesaian Masalah Stunting, Pendidikan, dan Ekonomi Desa

Tanpa penanganan serius berdampak pada kualitas masyarakat suatu negara. Baik dari segi perkembangan kemampuan kognitif yang lambat hingga mudah sakit dan kurang produktif. 

Oleh karenanya PRENAGEN bekerja sama dengan Klikdokter, mendukung Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Tujuannya adalah untuk melakukan percepatan penanganan kejadian stunting di Indonesia. 

Program kolaborasi BKKBN, PRENAGEN, dan Klikdokter yang bertajuk “Smart Sharing: Program Kerja Sama Penurunan Angka Stunting di Indonesia ini, akan melakukan serangkaian kegiatan edukasi online maupun offline.

Melibatkan bidan di seluruh Indonesia, serta melakukan pilot project studi observasional dan program intervensi gizi untuk pencegahan stunting di beberapa daerah di Indonesia.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam sambutannya menegaskan komitmen BKKBN menurunkan angka kasus stunting di Indonesia.  

“Stunting harus ditekan dari hulu ke hilir mulai dari program edukasi hingga intervensi gizi untuk mencegah anak gagal tumbuh. Program edukasi penting agar anak tidak salah gizi dan yang juga harus diperhatikan adalah pengamatan terhadap kondisi gizi anak," ungkapnya, Selasa (18/5/2021).

Di sisi lain, pandemi Covid-19 telah mengakibatkan kegiatan posyandu di banyak daerah terhenti. Padahal selama ini Posyandu berperan besar sebagai langkah awal pengawasan gizi anak. 

Karenanya, Hasti berharap kolaborasi ini menjadi cara alternatif agar gizi dan kesehatan anak di Indonesia dapat tetap terpantau. Tentunya untuk menekan angka stunting di Indonesia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat