androidvodic.com

Kayu dan Bambu Lokal Bersertifikasi FSC Sebagai Solusi Masalah Iklim dan Keberlanjutan Hutan - News

Laporan Wartawan News Eko Sutriyanto 

News, TANGERANG - Menjadi sebuah tantangan di dunia arsitektur menjadi bagian dari solusi masalah lingkungan dan perubahan iklim yang kian terasa dampaknya berupa pergeseran musim panen, terjadinya bencana alam, dan menghilangnya berbagai habitat satwa di muka bumi ini.

Meningkatnya jumlah penduduk memperparah kondisi dengan meningkatnya kebutuhan perumahan dan bangunan. 

Hartono Prabowo, Technical Director FSC Indonesia mengatakan,  kayu dan bambu sebagai material bahan bangunan yang ramah lingkungan namun penggunaannya dalam dunia arsitektur dan konstruksi masih terbatas pada aspek keindahan dibandingkan aspek kekuatannya. 

Baca juga: Pertamina Klaim GasKu Sebagai BBG Ramah Lingkungan, Hasilkan Emisi 35 Persen Lebih Rendah

"Selain itu perspektif lama bahwa menggunakan kayu dapat menyebabkan habisnya hutan juga mengurangi minat penggunaan kayu dan bambu yang sebenarnya dapat menjadi solusi masalah perubahan iklim," kata Hartono di sela-sela ARCH:ID tahun 2024 diselenggarakan di ICE BSD, Tangerang Selatan, Kamis (22/2/2024).

Dalam acara yang akan berlangsung hingga 25 Februari 2024, beberapa kelompok petani hutan pengelola hutan lestari dan UKM yang telah bersertifikasi FSC yang yakni Karya Wahan Sentosa (KWaS), UD. Amratani Kekayon Bhumi, Kostajasa, BambooCoop, SOBI, serta Promotional Licence Holder IRCOMM memperkenalkan material kayu dan bambu dari hutan bersertifikasi FSC.

Penggunaan material kayu dan bambu pada booth hasil kerjasama pengelola hutan dan UKM  pemegang sertifikasi FSC di Exhibition ARCH:ID yang diberi nama “Tree of Life” menyiratkan pesan penggunaan material kayu dari sumber yang berkelanjutan merupakan bentuk toleransi dan adaptasi manusia terhadap perubahan iklim

“Partisipasi industri kayu UKM dan petani hutan bersertifikasi FSC di Expo ARCH:ID 2024 ini ingin menyebarluaskan kepada publik khususnya dunia arsitek dan industri bangunan terkait pentingnya penggunaan kayu dari sumber yang berkelanjutan terhadap keberlanjutan hutan," katanya. 

Pengelolaan hutan yang baik dan bertanggung jawab bertujuan untuk melindungi keberlanjutan hutan sedangkan manusia tetap dapat memanfaatkan hasil hutan baik kayunya,  non kayu dan jasa lingkungan.

Berhenti menggunakan kayu bukan merupakan solusi jangka panjang yang diharapkan untuk keberlanjutan hutan namun dengan berhenti menggunakan kayu akan meniadakan manfaat ekonomi hutan bagi pengelola hutan untuk mengelolanya dengan baik dan bertanggung jawab.

Baca juga: Dorong Transisi Energi Ramah Lingkungan, PLTS Atap Dibangun di Sumedang

“Sertifikasi FSC memberikan jaminan kepada publik bahwa sumber kayu dan bambu berasal dari hutan yang dikelola secara berkelanjutan berstandar FSC," katanya.

Dengan penggunaan kayu dan bambu maka penanaman dan permudaan kembali menjadi wajib dilakukan dimana hal ini akan meningkatkan penyerapan karbon dari hutan yang dikelola secara bertanggung jawab dan ini merupakan salah satu solusi adaptasi dunia arsitektur dan konstruksi mengatasi masalah perubahan iklim.

"Booth Tree of Life mengedepankan penggunaan material kayu dan bambu dari hutan berkelanjutan berstandar FSC guna menginspirasi dunia konstruksi dan arsitektur atas masalah perubahan iklim dan keberlanjutan hutan,” imbuh Indra Setia Dewi – Manager Marketing & Communications FSC Indonesia.

Supriyono staff dari Koperasi Kostajasa mengatakan, pihaknya mendapatkan sertifikasi FSC sejak 2009dan ini membuktikan masyarakat petani dapat mengelola hutan dengan berkelanjutan.

"Pohon bagi kami merupakan tabungan masa depan yang dapat kami panen untuk membiayai kebutuhan hidup yang krusial seperti biaya pendidikan, perbaikan rumah, pengobatan rumah sakit, dan lain-lain," katanya. 

Bamboocoop hadir untuk menyempurnakan kehadiran kayu sebagai material yang berketahanan iklim. Dalam bahasa Jawa Kuno dan Bali, kayu berarti kayun atau pikiran; sedangkan bambu berarti ti’ing atau tingkah.

Baca juga: Paris Targetkan Olimpiade 2024 Lebih Ramah Lingkungan

Manusia yang sempurna terdiri dari unsur pikiran dan tingkah.

“Dengan memadu kayu dan bambu, kami hendak merespresentasikan sejatinya hidup dalam karya arsitektur,” papar Jajang Agus Sonjaya, saat brainstorming konsep booth Arch:id.

“Kami yakin, dengan mengusahakan bambu, masyarakat bisa sejahtera, sekaligus alamnya terjaga,” tambah Jajang selaku ketua BambooCoop.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat