Antraks merebak di Gunung Kidul, warga diimbau tidak sembelih hewan sakit - 'Bakteri antraks dapat bertahan puluhan tahun di dalam tanah' - News
Masyarakat diimbau untuk tidak menyembelih hewan ternak yang mati karena sakit setelah muncul wabah antraks yang mematikan di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Tiga orang meninggal dunia di Dusun Jati, Desa Candirejo dengan riwayat menyembelih daging sapi yang sudah mati.
Salah satu dari mereka, yang meninggal pada tanggal 4 Juni lalu, dites positif untuk antraks.
Sampai Rabu (05/07), Kementerian Pertanian mencatat 12 ekor hewan ternak mati – enam sapi dan enam kambing – sementara 85 warga positif antraks berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan Kementerian Kesehatan.
Tradisi Mbrandu atau purak, di mana masyarakat menyembelih hewan yang mati atau kelihatan sakit dan membagi-bagikannya, disebut menjadi faktor yang paling meningkatkan risiko terjadinya kasus antraks.
Apa gejala orang yang terpapar antraks?
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian telah meluncurkan penyelidikan epidemiologi yang dilaksanakan oleh satuan tugas One Health Kapanewon Semanu.
Kementerian Pertanian juga akan menggencarkan upaya komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat termasuk dengan merekrut kader untuk memantau dan merespons cepat kasus penyakit zoonosis.
Saat ini satu warga Desa Candirejo yang positif antraks masih menjalani perawatan di RSUD Wonosari. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul Dewi Irawaty mengatakan, pasien yang sudah lansia tersebut menjalani perawatan sejak pekan lalu.
"Luka di tangan dan bengkak, kemudian mungkin gejala lain juga sehingga perlu dirawat, intinya masih dalam perawatan karena perlu ditangani di RSUD Wonosari, yang bersangkutan laki-laki dan usianya sudah sepuh (tua),” ujar Dewi dalam jumpa pers, Kamis (06/07)
Dia menambahkan pria tersebut ikut mengonsumsi daging ternak yang terkontaminasi antraks. "Iya (yang masuk rumah sakit) ikut mbrandu, jadi dia ikut (mengonsumsi).”
Seperti apa penularan antraks?
Antraks adalah penyakit yang bersifat zoonosis, ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang biasa menyerang hewan herbivora.
“Bila berkontak dengan udara, bakteri antraks akan membentuk spora yang resisten terhadap kondisi lingkungan dan bahan kimia tertentu, serta dapat bertahan selama puluhan tahun di dalam tanah,” kata Imran Pambudi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan.
Spora antraks dapat masuk ke dalam kulit melalui sayatan atau luka, mengakibatkan benjolan-benjolan di kulit seperti melepuh. Kasus inilah yang paling banyak terjadi di Indonesia, menurut Imran.
Terkini Lainnya
Tiga orang meninggal dunia di Dusun Jati, Desa Candirejo dengan riwayat menyembelih daging sapi yang sudah mati. Salah satu dari mereka,…
Apa gejala orang yang terpapar antraks?
Seperti apa penularan antraks?
Siapa Sir Keir Starmer, perdana menteri baru Inggris setelah Partai Buruh menang Pemilu 2024?
Pemerintah Indonesia mau tarik investasi dari orang superkaya - Apa itu Family Office dan enam hal yang perlu diketahui
Petinggi Kominfo mundur 'sebagai tanggung jawab moral' setelah Pusat Data Nasional diretas
Ratusan orang di India tewas akibat berdesakan di festival keagamaan Hindu - 'Banyak yang tertimpa dan saya tidak bisa berbuat banyak'
Pimpinan KPK mengaku gagal berantas korupsi, 'tanpa dibilang pun publik sudah tahu'
BERITA TERKINI
berita POPULER
Nasib Benjamin Netanyahu di Ujung Tanduk, Puluhan Ribu Warga Israel Unjuk Rasa Tuntut Pemilu Darurat
Rahasia Kemenangan Yuriko Koike Sebagai Gubernur Tokyo Jepang untuk Ketiga Kalinya
Rusia Berlakukan Status Darurat Usai Gudang Amunisi Distrik Voronezh Habis Dibombardir Drone Ukraina
Masoud Pezeshkian
Pengakuan seorang ibu yang mengakhiri hidup anaknya yang sakit parah - 'Saya memberinya morfin dalam dosis besar secara diam-diam'